Sejumlah Asosiasi Pariwisata Menanggapi Penyesuaian Tarif Jasa Pemandu di TNK

14 Desember 2023, 14:31 WIB
Sejumlah asosiasi wisata di Labuan Bajo, Kabuapaten Manggarai Barat, NTT menanggapi penyesuaian tarif jasa wisata alam (jasa pemandu) di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). /

LABUAN BAJO, OKE FLORES.COM - Sejumlah asosiasi wisata di Labuan Bajo, Kabuapaten Manggarai Barat, NTT menanggapi penyesuaian tarif jasa wisata alam (jasa pemandu) di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK).

Sebelumnya PT Flobamor melakukan Konsultasi Publik Penyesuaian Tarif Jasa Wisata Alam (Jasa Pemandu) di Loh Liang Pulau Komodo dan Padar Selatan Pulau Padar (Kawasan Tan Nasional Komodo) pada Senin 11 Desember 2023.

Perwakilan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Bonavantura menanyakan tarif jasa pemandu dibeberapa tempat wisata.

Baca Juga: Pesan Wakil Bupati Mabar Terkait Pemilu Dihadapan Dharma Wanita

"Apakah Rp. 400.000 itu dibagi 200 ribu di Pulau Padar dan 200 ribu di Pulau Komodo, mohon penjelasannya pak," tanya Bonavantura saat kegiatan Konsultasi Publik.

Selain itu, Ketua DPD HPI NTT, Itho Pance mengatakan juga menegaskan penyesuaian tarif Rp. 400.000 yang diberikan PT Flobamor masih terlalu tinggi.

Menurutnya alangkah bagusnya penetapan kenaikan tarif dicoba perlahan dahulu.

"Saya mengusulkan diangka Rp. 150.000. Apalagi kita paham soal keberadaan ranger dilokasi dan yang jelas butuh biaya operasional," ungkapnya.

Pernyataan serupa disampaikan Getrudis Naus, perwakilan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA). Ia menyebut tarif itu tidak bisa berlaku kalau fasilitas yang kita siapkan itu belum memadai, yang artinya harus checks and balances.

"Kalau PT Florbamor melakukan peningkatan fasilitas itu, saya rasa semua pengusaha akan setuju dengan harga seperti itu," ungkapnya.

Perlu saya terangkan, demikian Getrudis, biasanya travel agen sebelumnya buat agreement dengan agen luar hingga tahun 2025, sehingga penerapan tarif Rp. 400.000 saat ini butuh pertimbangan.

"Saya rasa harga 150 ribu itu terlalu tinggi kalau kita tetapkan di tahun 2024. Kami paham berapa orang ranger disana dan tentu ada kalkulasinya tetapi coba dipahami naiknya berapa, jangan sampai naiknya itu mencekik pelaku pariwisata," ucapnya.

Lain Getrudis, Yakobus Stefanus perwakilan ASITA mengatakan persoalan tarif harus sesuai dengan fasilitas yang ada. Artinya harus memadai.

Dijelaskan Yakobus pemberlakuan tarif perlu dilakukan dialog lagi sehingga PT Flobamor bisa menyampaikan gambaran atau penjelasan terkait dengan adanya penyesuaian harga itu.


Merespon beberapa tanggapan diatas, Direktur Operasional PT Flobamor, Abner Runpah menjelaskan penyesuaian tarif di pulau Padar dan Komodo itu masing-masing Rp400.000.

"Konsep kami dalam penerapan tarif tersebut itu masing-masing di pulau Padar Rp400.000 di pulau Komodo juga demikian. Jadi kembali lagi kita perlu konsultasi publik seperti ini," ungkapnya.

Abner menjelaskan tarif Rp. 120.000 per Lima orang itu hanya mencukupi biaya operasional sedangkan untuk biaya konservasi selama ini pihaknya meminta bantuan dari pihak lain yang ada di Kupang, Jakarta bahkan di luar negeri.

"Kemudian terkait persentase dari Rp400.000, ini jujur mungkin saya buka sedikit dan saya tidak mau ini menjadi tawar-menawar cuman mungkin lebih tepat kita harus membuka dapur kita sedikitlah biar teman-teman mempunyai gambaran sedikit bahwa Rp120.000 per lima orang," ungkap Runpah.

Artinya harga itu hanya cukup operasional saja sedangkan untuk biaya perbaikan fasilitas dan juga pelatihan terhadap naturalist guide warga Desa Komodo dengan jumlah 30 orang didapat dari CSR partner di Jakarta dan jadi gratis.

"Tentunya banyak orang peduli sebenarnya tetapi kepedulian mereka inikan kita tidak bisa manfaatkan atau seolah-olah kita menjual Labuan Bajo, pulau Komodo supaya orang kasih CsR tapi tidak begitu juga. Kalau kita sepakat Rp. 400.000 itulah sisanya itulah untuk konservasi, kira-kira seperti itu," lanjutnya.

Ia juga mengatakan penyesuaian tarif itu tidak hanya meningkatkan pelayanan tetapi juga melestarikan, bekerja sama dengan BTNK untuk melestarikan lingkungan.

Sedangkan Konsultasi publik ini, kata dia untuk menyerap sebanyak mungkin kebutuhan atau keinginan dari masyarakat pelaku pariwisata.

"Kemudian terkait paket wisata yang sudah terjual sampai tahun 2025 tentunya kita memperhatikan semuanya itu," pungkasnya.***

Editor: Adrianus T. Jaya

Tags

Terkini

Terpopuler