Dekky Susanto Menilai, Kota Kediri Alami ‘Kemandulan’ Budaya Lokal

Oke Flores - 20 Apr 2024, 16:29 WIB
Editor: Adrianus T. Jaya
Foto. Dekky Susanto Wakil Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Kota Kediri (kiri) didampingi Harianto Owner Sakkal Studio sekaligus pemerhati budaya lokal (kanan)
Foto. Dekky Susanto Wakil Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Kota Kediri (kiri) didampingi Harianto Owner Sakkal Studio sekaligus pemerhati budaya lokal (kanan) /

OKE FLORES.COM – Dekky Susanto Wakil Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Kota Kediri merasa prihatin atas kemandulan pengembangan dan pelestarian budaya lokal Kota Kediri. Hal itu diungkapkan kepada media ini dihadapan para pecinta budaya lokal Kediri pada Hari Selasa, 16 April 2024.

Ia menilai perkembangan budaya lokal Kota Kediri tidak bergerak dari tahun ke tahun dan mengarah punah. Ia berpendapat selama ini pemerintah kota tidak mengalokasikan anggaran secara tepat untuk pengembangan kebudayaan lokal.

Wakil Kebudayaan Daerah itu mengaku pihaknya tahun lalu pernah melakukan hearing dengan anggota Komisi B DPRD Kota Kediri, kala itu dirinya sebagai salah satu pendiri dewan kebudayaan daerah dan menanyakan apakah anggota DPRD tahu tentang UU no 5/2017 Tentang Kemajuan Kebudayaan Nasional. Saat itu juga sempat ditanyakan, kenapa di kota ini kebudayaan dengan kesenian itu seolah-olah seperti dibenturkan, sebagai contoh adanya dewan kesenian dan dewan kebudayaan? “Bukankah kesenian itu bagian dari kebudayaan?” ucapnya.

Baca Juga: Bansos Kembali Cair Lagi oleh Kemensos! Cek Status Penerima BPNT 2024 Secara Online

“Padahal dalam kesenian itu hanya satu ada satu kesenian saja yakni JARANAN, sedangkan dalam kebudayaan itu terdapat banyak macam seni,” timpal Dekky.
Ia menegaskan, dalam dewan kebudayaan terdapat 10 Pokok-Pokok Kebudayaan Daerah (PPKD), dan memiliki lebih banyak cabang seni yang harus dikembangkan dan dibina namun anehnya justru pendanaannya lebih banyak ke dewan kesenian padahal mereka hanya menangani satu kesenian saja yaitu Jaranan?

Dekky menambahkan, “Pada tahun 2023 kemarin dewan kesenian mendapat anggaran dari pemerintah kota sebesar 100 juta, padahal mereka itu hanya satu bidang seni saja sedangkan kami di dewan kebudayan mendapat 75 juta yang dibagi untuk banyak bidang seni. Iki ora cukup!”

Dikatakan, “Era Pak Maschut, dewan kebudayaan mendapat kucuran dana hingga 400 juta lebih, namun di era Pak Abu Bakar anggaran untuk kebudayaan lokal malah down semua. Satu lagi, daerah ini gudangnya dalang (Pepadi-red) kenapa harus mendatangkan dari luar? Lebih mengherankan lagi beberapa waktu lalu Pemkot Kota Kediri royal hamburkan uang hanya untuk festival jazz saja di pinggir Brantas?”

Baca Juga: UPDATE! Daftar Harga Emas Perhiasan Semar Nusantara per Hari Ini 20 April 2024

Sepengetahuan Dekky Susanto, orang-orang yang menangani kegiatan kebudayaan dan kesenian kemarin berasal dari Yogyakarta. “Intinya kita nggak pernah diajak, kita pernah mengajukan nggak direspon,” ujarnya.

“Itulah yang menyulut permasalahan sehingga kadisnya pun sampai sekarang masih marah kepada saya. Padahal dulu saya banyak memberi ide atau saran, contohnya dalam acara lomba fashion show seperti menampilkan karya tenun ikat yang namanya WBTB (warisan budaya tak benda) dari daerah Bandar Kidul."

"Selain itu yang lebih mengenaskan pihak kita hanya diminta show of force alias hanya suruh tampil saja dan hanya diberikan sertifikat. Padahal untuk tampil ini mohon maaf, kami mengeluarkan biaya sendiri untuk kostum, biaya latihan, makan, ini semata-mata kami merasa menjadi bagian dari Kota Kediri atau istilahnya handarbeni,” beber Dekky.

Ia sempat meminta wartawan untuk mencek dan melacak apa yang sudah disampaikan. “Silakan dicek,” pintanya.

Baca Juga: UPDATE! Daftar Harga Emas Perhiasan Semar Nusantara per Hari Ini 20 April 2024

Dekky Susanto menegaskan, dalam fashion show itu pihaknya paling banyak menerjunkan peserta dari sanggar miliknya yang bermarkas di Gedung eks Karesidenan Kediri. “Saya tampilkan 25 anak, 30 anak, 40 anak khusus tari tradisonal seperti gambyong diringi musik gamelan mligi, itupun hanya diapresiasi pemberian sertifikat tok!” ucapnya dengan nada kecewa.

Dekky Susanto memberi gambaran konkrit pentingnya pembenahan budaya untuk menunjang pariwisata, baik itu pengembangan budaya lokal, wisata buatan dan pemanfaatan cagar budaya untuk ditangani secara serius untuk peningkatan PAD. “Kita tidak punya laut, tidak punya air terjun, lalu apa yang bisa kita tawarkan ke pelaku wisata kalau bukan itu, kita dibilang kota tertua tetapi seperti nggak ada apa-apanya,” tegasnya.

“Jadi intinya yang sampaikan ini bahwa kebudayaan yang dimiliki Kota Kediri beragam, tidak hanya kesenian jaranan saja. Jadi tolong perhatikan secara keselurahan terutama kebudayaan lokal yang memang sejak dahulu kala sudah ada, tinggal kita kembangkan dengan dukungan pemerintah kota, ingat lho disini 15 sanggar tari. Itu modal yang bisa kembangkan kalau memang kita ingin mempunyai branding kota wisata berbasis budaya lokal, atau lebih tepatnya local wisdom (kearifan lokal-red),” tandasnya.

Baca Juga: Ratusan Anak Muda Milenial Manggarai Timur Deklarasi Dukung Ansi Lema Jadi Gubernur NTT

Diakhir pembicaraan, Dekky Susanto kembali menyayangkan keberadaan Dewan Kebudayaan Daerah Kota Kediri hanya selevel POKMAS yang anggotanya diangkat berdasarkan SK Wali Kota.

"Saya berharap Wali Kota baru nanti merupakan orang Kediri, yang bisa memahami dan mampu mengembangkan, memelihara budaya lokal disini dan punya kepedulian yang jelas," pungkasnya.***

 


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub