Kisah Menyeramkan Mendaki Gunung Manglayang Bandung, Terjebak dan Temukan Dunia Gaib Jin Muslim.

- 1 Mei 2023, 08:21 WIB
HuKisah Menyeramkan Mendaki Gunung Manglayang Bandung, Terjebak dan Temukan Dunia Gaib Jin Muslim.tan Lindung  Gunung Manglayang/
HuKisah Menyeramkan Mendaki Gunung Manglayang Bandung, Terjebak dan Temukan Dunia Gaib Jin Muslim.tan Lindung Gunung Manglayang/ /Gery Cipta Sebangun

CERITA HOROR, OKE FLORES.COM - Ada peristiwa gaib yang dialami oleh seorang pendaki bernama Anggi saat mendaki Gunung Manglayang pada tahun 2007.


Dalam perjalanannya, ia mengalami banyak kejadian supranatural, termasuk melihat Kerajaan Jin Muslim di Gunung Manglayang.


Ia membagikan pengalamannya melalui saluran YouTube Malam.

Peristiwa ini dimulai ketika Anggi masih bersekolah di Sekolah Teknik Menengah (STM).
Saat itu, dia sedang melakukan ekspedisi pendakian bersama teman-temannya untuk membuka jalur Pramuka ke Gunung Manglayang.

Gunung Manglayang terletak di perbatasan Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Anggi dan tujuh orang lainnya bergabung dalam ekspedisi tersebut.
Dengan peralatan, pengetahuan, dan keahlian terbatas, Anggi memutuskan untuk memulai pendakian ke Gunung Manglayang.


Mereka pergi menggunakan transportasi publik bus Damri menuju Jatinangor.
Setelah sampai di sana, mereka turun dari terminal Damri dan berjalan kaki menuju Kiara Payung.

Ketika tiba di lokasi, waktu sudah menunjukkan waktu ashar dan hujan turun.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk beristirahat di sana.

Anggi yang tidak tahu hari keberangkatan, bertanya kepada temannya.
“Hari apa ini,” tanya Anggi.

Rupanya teman-temannya tidak tahu hari apa itu. Setelah diperiksa, ternyata itu adalah hari Jumat.

Seperti biasa, mereka memasang tenda dan menyiapkan makanan menjelang maghrib. 
Anggi masuk ke dalam tenda. Di dalam tenda, dia merasa ada yang aneh dan merasa tidak enak terkait perjalanan ini.

Tidak berapa lama setelah itu saat mereka sedang memasak, seorang penduduk bertanya kepada ayah-ayah.

"Kemana kalian ingin pergi?" kata Ayah.

"Kami ingin pergi ke Manglayang pak," jawab Anggi.

"Wow, jangan pergi sekarang. Saya menyarankan kalian pergi besok pagi saja. Terutama karena sekarang malam Jumat," kata ayah tersebut.

Dengan hati yang berat, mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan esok hari.

Setelah waktu maghrib, hujan semakin lebat dan baru berhenti setelah isya.

Merasa bosan, beberapa teman yang lain sibuk dengan obrolan dan minum kopi, tetapi Anggi memilih untuk berjalan-jalan di belakang Gedung lemdik.

Dia merasa suasana berbeda dari biasanya, tetapi dia mencoba menahan perasaannya. Tak lama kemudian, dia duduk di atas batu dan merokok.

Setelah itu, dia kembali ke tenda dengan rute melingkar ke arah barat-selatan.

Dari kejauhan, Anggi melihat sosok berwarna merah yang duduk di atas batu yang baru saja dia tinggalkan.

Tanpa banyak bicara, dia kembali ke tenda. Ketika berada di tenda, Anggi bertanya kepada kakak kelasnya tentang sosok yang dia lihat.

"Kang, kamu lihat tadi?" tanya Anggi.

"Iya, sudahlah jangan banyak bicara," kata kakak kelasnya.

Anggi semakin penasaran dengan kejadian tersebut. Saat jam menunjukkan pukul 9, teman-temannya tertidur lelap, ia berusaha tidur namun tidak bisa.

Bahkan, dia bermimpi bertemu dengan seorang wanita yang menangis dan meminta tolong kepadanya. Anggi bangun dan berdoa.

"Ya Allah, apa yang sedang terjadi? Semoga besok selamat dan sehat," Anggi berdoa.

Keesokan harinya, Anggi dan teman-temannya melanjutkan perjalanan sekitar pukul 7-8 pagi.

Saat waktu Dzuhur tiba, Anggi dan teman-temannya tiba di jalur baru yang berat untuk dilalui karena mereka kelelahan membawa barang bawaan.

Tanpa disadari, Anggi bertemu dengan seorang ibu yang bertanya padanya,

"Nak, mau ke mana?" kata sang ibu.
“Mau ke Manglayang Bu. Untuk jalurnya kemana Bu?” kata Anggi.
“Ke sini” sambil menunjukan arah.

Mardi temannya bertanya kepada Anggi

“Kamu ngobrol sama siapa?” kata Mardi

Anggi kaget, tetapi ia coba menghiraukan kejadian barusan.
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke atas dan akhirnya berhenti di jalan buntu. Saat itu, semuanya saling menyalahkan satu sama lain.

Anggi merenung dengan bingung, duduk di atas batu, lalu dia berdoa kepada Allah dan juga kepada orangtuanya.

Dia kemudian menerima petunjuk dari bapaknya.

"Dorong ke arah kanan," bapaknya berkata melalui suara bawah sadar.
“disini sering ada makhluk jadi-jadian,” tambahnya.

Anggi kaget, tetapi coba untuk menghiraukannya.
Anggi dan teman-teman melanjutkan perjalanan dengan melewati rute perkebunan jalur bawah.

Untuk menghindari bermalam di jalan serta kondisi cuaca yang sebentar lagi akan hujan.

Saat itu, Anjing sedang mengejar Anggi yang kemudian terjatuh di tengah perjalanan.

Untunglah, di tengah lembah terdapat sebuah saung yang ingin Anggi datangi untuk meminta air karena persediaannya sudah habis.

Ketika Anggi mendekati saung, ia bertemu dengan kakek yang merupakan pemiliknya.

Meskipun tidak ada orang di dalamnya, sudah tersedia 4 gelas yang berisi air panas. Anggi izin untuk meminum air tersebut.

Sementara itu, beberapa temannya telah terlebih dahulu berjalan dan berbicara dengan salah satu penduduk yang memiliki rumah di daerah tersebut.

Meskipun Anggi tidak terlalu memperhatikan adanya rumah, ia melihat temannya sedang berbincang dengan seorang bapak yang merupakan pemiliknya.

Akhirnya, kakak kelas Anggi yang dikenal dengan nama Angga mengajak Anggi untuk bermalam di saung tersebut. Kebetulan malam itu adalah malam Minggu.

Saung tersebut merupakan satu-satunya di daerah itu. Anggi merasa penasaran, bagaimana bisa ada saung di tengah hutan seperti itu.

Akhirnya mereka memutuskan untuk menginap di sana. Area itu disebut Palasari 99.

Ternyata, area itu memiliki aula kayu yang sangat bagus dengan beberapa saung kecil sekitar 4-5 saung, seperti tempat perkemahan (Camping Ground).

Anggi dan teman-temannya menginap di saung yang berada di tengah, sambil memasang tenda dan membuat api unggun menjelang maghrib hingga pukul 8 malam.

Pukul 9, Anggi dan teman-teman ingin membuat kopi.

Mereka mencoba menukarkan uang ke pemilik tempat tersebut untuk mendapatkan kopi.
Namun, pemilik tempat tersebut dengan ramah memberikan kopi tanpa meminta uang.

Tidak lama kemudian, ayah itu memberikan bedcover kepada Anggi dan rekan-rekannya serta memerintahkan mereka untuk tidur di saung.

Terakhir, dia menegaskan kepada mereka untuk tetap tinggal di tempat itu, termasuk saung terakhir yang berada di sudut.

Anggi merasa penasaran dengan percakapan ayah tersebut.

Pukul 1 malam, dia keluar untuk mengeksplorasi daerah tersebut dan mengunjungi saung terakhir dengan membawa senter.


Dia memperhatikan ada individu yang duduk di pondok itu dengan pakaian yang seluruhnya berwarna putih. Anggi berjalan turun untuk mengamati.

Sesudah kembali, orang yang berpakaian putih itu tidak terlihat. 
Anggi berupaya memasuki pondok itu dan duduk.

Seakan-akan penglihatannya terbuka, Anggi seolah berada di halaman istana zaman dulu.

Tak lama kemudian, terdengar tawa dari luar. Anggi keluar dari tenda dan kembali lagi pada pukul 3 untuk tidur.

Keesokan harinya, setelah bersiap-siap, Anggi diajak berbicara oleh bapak yang ternyata bernama Pak Engkos. Pak Engkos menceritakan banyak hal tentang dirinya dan akhirnya menunjuk Anggi.

“Kamu beda, semalam ada yang kasih tahu, kamu main ke sana,” kata Pak Engkos

Anggi lagi-lagi kaget, kenapa Pak Engkos bisa mengetahui.

Beliau berpesan agar Anggi cukup tau saja akan hal tersebut dan jangan diceritakan kembali kepada orang-orang.

Senin, Anggi dan kawan-kawan kembali ke sekolah dengan kekecewaan.

Segala upaya yang selama ini mereka lakukan tidak dihargai oleh Pembina Pramuka.

Setibanya di rumah, Anggi merasakan ada makhluk gaib yang mengikutinya.

Ketika saudaranya datang ke rumah ingin bertemu Anggi, tiba-tiba muncul sosok kuntilanak yang melayang di depan rumah mereka.
Sang saudara pun terkejut.

Hingga kini, Palasari 99 masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Anggi sudah berusaha mencari informasi namun belum membuahkan hasil.

Kisah yang ditemuinya mengenai kerajaan jin muslim yang berhubungan dengan Ratu Balqis.

Melalui kejadian ini, Anggi ingin menyampaikan pesan kepada para pendaki dan pecinta alam untuk selalu menjaga etika dan adab ketika berada di alam.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam karena dengan menjaga alam, kita juga akan dijaga oleh alam.***

Editor: Sastriana Jedaun

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x