Network
JAKARTA, OKE FLORES.com - Tidak pantas bagi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden keenam Republik Indonesia, untuk mengungkapkan gegaduhan politik akibat perubahan sistem proporsional terbuka menjadi sistem tertutup.
Kekhawatiran ini mungkin tidak benar. Namun, jika yang menyapaikan adalah mantan kepala negara, maka bisa dimaknai berbeda oleh publik.
"Lebih baik Pak SBY tidak bicara 'chaos' terkait dengan pergantian sistem pemilu di tengah jalan. Tidak elok bikin kecemasan dan kegaduhan," kata mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dalam akun Twitter resminya, melansir RMOL,id, Senin 29 Mei 2023.
Sebagai seorang yang pernah menjabat presiden dua periode, SBY seharusnya menyatakan persetujuan atau ketidaksetujuan daripada memicu kegaduhan baru ditengah masyarakat.
"Cukuplah bicara dalam konteks setuju atau tidak. Itu perihal perbedaan pendapat yang biasa saja," sambungnya.
Tak heran Anas teringat dengan pengalaman politik di Indonesia yang pernah mengalami perubahan sistem pemilunya berubah. Ia mengatakan, Indonesia menggunakan sistem proporsional terbuka, mengacu pada putusan Mahkamah Konstitusi pada 23 Desember 2008.
Keputusan itu kemudian diterapkan pada pemilu 9 April 2009 yang berlangsung lancar dan tidak ada "chaos" politik seperti yang dikhawatirkan masyarakat.
"Tidak mungkin beliau (SBY) lupa atas peristiwa Pemilu 2009 tersebut yang alhamdulillah tidak terjadi 'chaos', melainkan baik-baik saja," tandasnya.***
