Pada saat itu, pamannya baru saja kembali dari rumah saudaranya. Namun, saat berjalan sendirian melewati depan rumah warga yang baru meninggal itu, ia mendengar banyak suara orang di belakangnya.
"Suasana di desa berubah menjadi mencekam.
Baru sore harinya jenazah tersebut tiba di rumah duka.
Untuk sementara diinapkan dan baru keesokan harinya dimakamkan," kata Puji.
"Pakde berjalan kaki sendirian.
Tapi setelah melewati rumah duka, ia mendengar suara orang di belakangnya dan jumlahnya sangat banyak. Padahal sebelumnya sepi. Pakde menduga ini hantu," tambahnya.
Disebut Kromoleo karena pengiring keranda sering mengeluarkan suara seperti "moleo, moleo, kromoleo", seperti orang membaca mantera yang statis dan ritmis.
Informasi lain menunjukkan bahwa Kromoleo juga dianggap sebagai hantu yang berbentuk rombongan pengantar jenazah.
Masyarakat Temanggung mengenal hantu Lampor sebagai makhluk astral.
Kromoleo dan Lampor sama-sama suka membawa keranda mayat.