Inilah 7 Penyebab Bayi dan Anak-anak Muntah Diserta Gejala yang Perlu Diwaspadai

17 November 2023, 10:40 WIB
Foto: Inilah 7 Penyebab Bayi dan Anak-anak Muntah Diserta Gejala yang Perlu Diwaspadai /

OKE FLORES.COM - Muntah tidak selalu merupakan tanda bahaya dan akan membuat penderitanya semakin nyaman meski sudah mengalaminya.

Namun dalam beberapa situasi, muntah juga bisa menjadi tanda bahwa anak Anda mengidap penyakit yang perlu ditangani. Pengertian muntah adalah keluarnya sebagian atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah makanan pian masuk ke dalam lambung.

Sementara itu, keluarnya isi lambung pada bayi tidak selalu bisa disebut muntah. Bisa berupa regurgitasi atau yang biasa kita kenal dengan gumoh bersifat pasif, artinya tidak memerlukan usaha atau tenaga dari anak.

Baca Juga: Muntah Darah: Penyebab, Gejala, Faktor Risiko, dan Pengobatannya

Berbeda dengan muntah yang terjadi secara aktif ketika ada tenaga untuk mengosongkan isi lambung.

Akibat fungsi saluran pencernaan yang belum sempurna, bayi baru lahir di bawah 6 bulan sering gumoh, posisi saat menyusui tidak benar, udara masuk saat menyusui atau tercekik karena terburu-buru menyusui.

Tidak ada alasan untuk khawatir jika ibu memperhatikan bayi Anda gumoh karena suatu alasan.

Namun jika regurgitasi terjadi lebih dari empat kali sehari dan tidak hanya segera setelah menyusui, tetapi juga saat tidur, sebaiknya hati-hati.

Penyebab muntah pada bayi dan anak-anak

Mengutip Hallo Sehat, Jumat 17 November 2023, penyebab umum muntah pada anak Anda adalah gastroenteritis karena virus atau bakteri.

Pada dasarnya penyebab muntah pada bayi dan anak sama, berikut penjelasan lengkapnya:

1. Gastroenteritis

Seperti disebutkan sebelumnya, gastroenteritis adalah salah satu penyebab paling umum dari muntah ringan. Kondisi ini disebabkan oleh virus dan bakteri yang sama dengan penyebab diare.

Infeksi ini menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi dari orang yang terinfeksi. Keluhan paling umum dari penyakit ini adalah dehidrasi, karena cairan tubuh hilang melalui muntah dan diare.

2. Alergi makanan

Alergi makanan juga bisa menyebabkan muntah pada bayi dan anak. Selain muntah, alergi makanan bisa menyebabkan ruam merah, gatal, bengkak pada wajah, mata, bibir atau mulut.

Orang tua harus mewaspadai makanan yang dapat menyebabkan muntah pada anaknya. Kunjungi dokter untuk mengetahui dan mendiagnosis alergi makanan pada anak dan bayi.

Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Muntah Darah Saat Hamil

3. Infeksi lainnya

Muntah juga bisa menjadi tanda adanya infeksi tubuh lainnya pada bayi dan anak. Misalnya saja infeksi saluran kemih (ISK), infeksi telinga, pneumonia, atau meningitis.

Muntah akibat infeksi juga bisa disertai demam, diare, dan terkadang mual serta sakit perut. Infeksi biasanya menular; Jika seorang anak mengalami hal ini, beberapa teman bermainnya berpeluang tertular.

Rotavirus adalah penyebab utama muntah pada bayi dan anak kecil, dan gejalanya sering kali berkembang menjadi diare dan demam. Virus ini sangat menular, namun ada vaksin yang dapat mencegah penyebarannya.

Segera hubungi dokter jika anak Anda muntah-muntah dan mengalami gejala lain seperti demam tinggi, mudah tersinggung dan mudah tersinggung.

4. Apendisitis (radang usus buntu)

Ini adalah peradangan pada usus buntu yang sering menimbulkan rasa sakit. Penyakit usus buntu biasanya dialami oleh anak-anak yang memiliki gejala lain, misalnya nyeri perut yang sangat parah.

Sebagian besar kasus radang usus buntu memerlukan prosedur pembedahan untuk mengobatinya.

5. Keracunan

Penyebab muntah pada bayi dan anak selanjutnya adalah tidak sengaja menelan benda berbahaya dan mengonsumsi makanan yang kualitasnya buruk.

Ini adalah kondisi keracunan makanan yang gejalanya tidak hanya muntah-muntah, tapi juga demam tinggi bahkan diare.

6. Kecemasan

Anak usia sekolah lebih sering mengalami hal ini. Sebab, muntah tidak hanya dipicu oleh faktor fisik, namun juga faktor psikologis.

Muntah pada anak juga bisa dipicu oleh rasa cemas yang berlebihan menjelang hari pertama anak masuk sekolah atau rasa takut yang berlebihan terhadap suatu hal.

7. Refluks asam lambung

Gumoh kadang malah memburuk di beberapa minggu atau bulan pertama kehidupan bayi. Hal ini terjadi ketika otot perut menjadi terlalu rileks dan memungkinkan isi perut kembali naik ke atas.

Kondisi ini disebut penyakit refluks asam lambung, atau GERD dan biasanya dikendalikan dengan cara berikut:

  • Mengentalkan susu dengan sejumlah kecil sereal bayi sesuai arahan dokter anak
  • Hindari memberi makan terlalu banyak atau berikan makanan dalam porsi lebih kecil lebih sering
  • Buat bayi sering bersendawa
  • Tinggalkan bayi dalam posisi aman, tenang, tegap selama setidaknya 30 menit setelah pemberian makan

Jika langkah ini tidak berhasil, segera konsultasikan ke dokter anak.

Kondisi muntah pada bayi dan anak yang masih normal

Meski menimbulkan kepanikan, sebenarnya sebagian besar penyebab muntah pada anak cenderung tidak berbahaya.

Sebagai contoh, bayi yang baru lahir akan sering muntah di minggu-minggu pertama karena ia masih membiasakan diri dengan makanan yang masuk.

Selain itu muntah juga bisa dipicu menangis dan batuk berlebihan, juga membiasakan diri dengan porsi makannya yang baru, sehingga bisa kemudian muntah karena terlalu kenyang.

Lalu keadaan seperti apa yang menandakan bahwa sebenarnya keadaan anak Anda tergolong normal?

  • Muntah tidak disertai demam tinggi
  • Anak masih mau makan dan minum
  • Anak masih bisa bermain, tidak rewel berlebihan
  • Anak masih responsif
  • Gejala dan efek muntah mereda setelah 6-24 jam
  • Tidak ada darah dan cairan empedu (biasanya berwarna kehijauan) pada muntahan anak

Kondisi muntah pada bayi anak yang perlu diwaspadai

Meski umumnya muntah pada bayi dan anak adalah hal normal, tapi orangtua tetap perlu waspada. Hal-hal di bawah ini bisa menjadi tanda ada masalah lain yang lebih serius, yaitu berikut.

  • Anak lemas dan tidak responsif.
  • Kulit menjadi pucat dan dingin.
  • Anak kehilangan nafsu makan dan menolak makan.
  • Timbul gejala dehidrasi seperti mulut kering, menangis tidak mengeluarkan air mata, dan buang air kecil tidak sesering biasanya.
  • Muntah lebih dari tiga kali dalam 24 jam atau berlangsung selama lebih dari tiga hari.
  • Muntah disertai demam.
  • Muntah dan diare secara bersamaan.
  • Sakit pada perut yang tidak tertahankan serta muncul pembengkakan pada perut.
  • Ada substansi darah atau cairan empedu pada muntahannya.
  • Nafas menjadi pendek-pendek.

Jika keadaan seperti di atas muncul, Anda harus mempertimbangkan memeriksakan anak ke dokter.

Apa bedanya muntah dan gumoh yang sering dialami bayi?

Ada perbedaan antara muntah dan gumoh. Muntah adalah pengeluaran paksa isi lambung melalui mulut.

Muntah terjadi ketika otot perut dan dada berkontraksi kuat, namun perut berelaksasi. Efek refleks ini dipicu oleh “pusat muntah” otak ketika dirangsang oleh pengaruh-pengaruh berikut.

  • Saraf dari perut dan usus ketika saluran gastrointestinal mengalami iritasi atau pembengkakan karena infeksi atau penyumbatan.
  • Zat kimia di dalam darah, misalnya obat-obatan.
  • Rangsangan psikologis dari penglihatan atau penciuman yang mengerikan.
  • Rangsangan dari telinga bagian tengah, seperti muntah yang disebabkan oleh mabuk kendaraan.

Sedangkan regurgitasi (gumoh) merupakan keluarnya isi lambung yang sering terjadi saat anak bersendawa. Gumoh paling sering terlihat pada bayi berusia antara 4 dan 6 bulan, karena sistem pencernaannya belum lengkap.

Air liur mengalir dari mulut sebagai air liur tanpa kontraksi perut. Pada saat yang sama, cairan muntah keluar secara muncrat, yang disertai dengan kontraksi otot perut.

Selain itu, meludah bersifat pasif. Artinya, gumoh tidak memerlukan usaha atau paksaan dari anak. Berbeda dengan muntah yang terjadi secara aktif ketika ada tenaga untuk mengosongkan isi lambung.

Regurgitasi bisa terjadi karena bayi terlalu kenyang, posisi bayi saat menyusui tidak benar, keluarnya udara saat menyusui, dan saat menghisap ASI dengan cepat.

Gumoh merupakan reaksi alami dan normal saat tubuh bayi berusaha mengeluarkan udara yang ditelan bayi saat menyusui. Muntah merupakan tanda adanya gangguan pencernaan pada bayi.

Cara mengatasi muntah pada bayi dan anak

Saat bayi atau anak muntah, orang tua perlu mengetahui penyebabnya. Jika memang karena masalah perut seperti kembung, Anda bisa memijat bayi agar ia merasa lebih nyaman.

Namun, jika anak tampak lemas, tidak bersemangat, dan sering muntah, ia berisiko mengalami dehidrasi akibat asupan cairan yang banyak.

Berikut beberapa cara mengatasi muntah pada anak Anda.

1. Istirahatkan perutmu

Jika bayi atau anak muntah, hindari langsung memberinya makanan dan minuman. Setelah muntah, istirahat sekitar 30-60 menit lalu berikan air dan makanan kembali.

Hal ini penting agar perut bisa beristirahat dari guncangan semua makanan yang dimakan keluar melalui mulut.

2. Mengganti cairan tubuh

Muntah dapat menyebabkan dehidrasi pada bayi, sehingga penting untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.

Penggantian cairan tubuh berbeda-beda sesuai usia bayi dan anak, berikut penjelasan lengkapnya, lapor Kids Health.

Untuk bayi usia 0-12 bulan yang mengonsumsi ASI eksklusif

Jika anak menyusu secara eksklusif dengan ASI dan muntah (semua ASI yang diminum keluar) lebih dari satu kali, maka efektivitas pemberian ASI akan berkurang. Ibu dapat menyusui sekitar 5-10 menit setiap 2 jam.

Anda dapat memperpanjang waktu menyusui jika bayi Anda setuju. Bagaimana jika anak masih muntah? Hubungi dokter Anda.

Jika bayi belum juga muntah setelah 8 jam, Anda dapat kembali ke jadwal menyusui.

Untuk bayi 0-12 bulan yang mengonsumsi susu formula

Perlakuan pada bayi usia 0-12 bulan yang minum susu berbeda-beda, yakni. mereka diberikan larutan elektrolit oral yang dapat dibeli di apotek terdekat.

Berikan 10 ml (2 sendok teh) larutan elektrolit setiap 15-20 menit. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai jenis atau dosis elektrolit yang cocok untuk anak Anda.

Untuk bayi berusia lebih dari 6 bulan yang sudah mulai MPASI, Anda bisa menambahkan setengah sendok teh jus ke dalam larutan elektrolit agar enak.

Jika anak tidak muntah setelah 8 jam, pemberian ASI dapat dimulai secara perlahan, sekitar 20-30 ml. Lakukan sedikit demi sedikit agar perut Anda tidak menggila.

Untuk anak usia 1 tahun ke atas

Bagi anak usia 1 tahun ke atas mengalami muntah, orangtua bisa memberikan air putih sebanyak satu sendok teh setiap 15 menit. Anda juga bisa memberikan larutan elektrolit yang ditambahkan jus buah untuk memberikan rasa.

Hindari memberikan produk olahan susu dan soda saat anak baru selesai muntah. Bila anak sudah tidak muntah selama 8 jam, bisa mulai berikan makanan padat secara perlahan. Sebagai contoh, biskuit, roti, atau sup.

Jika tidak ada muntah selama 24 jam, bisa mengembalikan pola makan seperti semula. Namun tetap hindari produk susu karena bisa memicu mual dan muntah kembali.***

Editor: Adrianus T. Jaya

Sumber: Hallo Sehat

Tags

Terkini

Terpopuler