Kenali Warna Air Kencing Normal Dan Abnormal Yang Perlu Diperhatikan

- 21 November 2023, 10:29 WIB
Foto: Kenali Warna Air Kencing Normal Dan Abnormal Yang Perlu Diperhatikan
Foto: Kenali Warna Air Kencing Normal Dan Abnormal Yang Perlu Diperhatikan /

 

OKE FLORES.COM - Urine merupakan sisa metabolisme cair yang dikeluarkan dari tubuh bersama urin.

Urine yang berubah warna, berbau, berbusa, atau keruh bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan tertentu.

Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi saluran kemih, masalah kandung kemih, atau penyakit ginjal.

Baca Juga: Mengenal Fungsi Kandung Kemih dan Cara Menjaga Kesehatannya

Mengutip Hallo Sehat, Selasa 21 November 2023, berikut beberapa tanda urine normal yang bisa dijadikan patokan kesehatan saluran kemih.

Warna urine yang normal

Warna urin bervariasi dari bening hingga kuning tua. Perbedaan warna ini disebabkan oleh pigmen (warna) pada urin yang disebut urokrom dan urobilin. Selain itu, asupan cairan dan apa yang Anda konsumsi juga mempengaruhi warna urine.

Urine yang sehat berwarna bening atau kuning pucat. Semakin banyak air yang Anda minum, semakin terang warna urine Anda. Sebaliknya, jika Anda kurang minum air putih, urine Anda akan berubah warna dari kuning tua menjadi oranye.

Di luar kisaran warna tersebut, warna urine juga bisa berubah menjadi merah, hijau, biru, atau coklat tua. Berikut ini adalah macam-macam warna urin dan penyebabnya, yang mungkin juga berhubungan dengan penyakit kandung kemih.

1. Kuning pekat

Penyebab paling umum dari urin berwarna kuning tua adalah dehidrasi. Jika tubuh tidak mengalami dehidrasi, konsentrasi urobilin dalam urin meningkat. Air yang dihasilkan tidak cukup untuk melarutkan urobilin, sehingga urin yang dihasilkan berwarna lebih gelap.

Selain kekurangan cairan, warna kuning pekat juga bisa disebabkan oleh beberapa hal berikut:

  • Konsumsi antibiotik, obat antiradang, dan obat infeksi saluran kencing.
  • Penyakit menular seksual, terutama klamidia.
  • Peradangan pada kandung kemih (cystitis), saluran kemih, atau ginjal.
  • Konsumsi vitamin B, vitamin C, dan beta-karoten.
  • Gangguan fungsi hati.

2. Merah muda atau merah Urine biasanya berwarna merah karena bercampur darah, namun penyebabnya mungkin tidak serius. Darah bisa berasal dari infeksi saluran kemih, batu ginjal, atau batu kandung kemih. Terkadang darah juga bisa berasal dari pembesaran prostat atau tumor.

Beberapa obat juga dapat mengubah warna urin normal menjadi merah. Jika Anda rutin mengonsumsi antibiotik anti tuberkulosis atau obat pengobatan urine, kemungkinan besar urine Anda akan berubah warna dari oranye menjadi merah tua.

Baca Juga: Pria Kencing Bercabang, Normalkah? Kenali Penyebab dan Resikonya 

2. Oranye

Urine berwarna oranye sering kali disebabkan oleh penggunaan obat antiinflamasi, phenazopyridine dan sulfasalazine, obat pencahar, dan obat kemoterapi. Dalam beberapa kasus, warna oranye bisa disebabkan oleh disfungsi hati atau dehidrasi parah.

3. Cokelat gelap

Urine berwarna coklat tua biasanya merupakan tanda dehidrasi parah. Kadar air urin sangat rendah, sehingga konsentrasi pewarna dalam urin sangat tinggi. Akibatnya, urine yang tadinya normal menjadi sangat gelap.

Namun ada kondisi lain yang bisa menjadi penyebabnya, seperti:

  • Penyakit ginjal, penyakit hati, atau infeksi saluran kemih.
  • Cedera otot akibat olahraga yang sangat berat.
  • Konsumsi obat antimalaria chloroquine dan primaquine, antibiotik, pencahar, atau pelemas otot.

4. Biru atau hijau

Warna biru atau hijau pada urine bisa berasal dari zat pewarna makanan atau pewarna dalam tes fungsi ginjal dan kandung kemih. Obat-obatan amitriptyline, indomethacin, dan propofol juga dapat mengubah warna urine menjadi biru kehijauan.

5. Keruh atau berawan

Jika urine berwarna keruh tanpa disertai gejala lain, ini mungkin menandakan dehidrasi. Namun, urine keruh disertai nyeri atau panas saat buang air kecil dapat menjadi gejala penyakit kelamin, infeksi saluran kemih, atau batu ginjal.

Jumlah urine dan frekuensi buang air kecil yang normal

Orang yang sehat bisa buang air kecil 6-8 kali sehari. Buang air kecil sebanyak 4-10 kali dalam 24 jam masih dianggap normal selama tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

Namun jumlah urin yang dikeluarkan per hari bervariasi antara 400 hingga 2000 ml, sedangkan asupan cairan biasa berkisar 2 liter per hari. Ini adalah kisaran rata-rata dan jumlah urin dapat bervariasi dari orang ke orang.

Seberapa sering Anda buang air kecil bergantung pada banyak faktor, antara lain:

  • Usia.
  • Asupan air dalam sehari.
  • Minuman yang dikonsumsi, misalnya air, teh, dan sebagainya.
  • Kondisi medis seperti diabetes, infeksi saluran kemih, atau kandung kemih overaktif (overactive bladder).
  • Konsumsi obat-obatan tertentu.
  • Ukuran kandung kemih.

Keadaan khusus seperti kehamilan atau melahirkan juga bisa mempengaruhi seberapa sering Anda buang air kecil. Selama kehamilan, janin dapat menekan kandung kemih sehingga Anda jadi lebih sering buang air kecil.

Usai melahirkan, frekuensi buang air kecil biasanya meningkat selama delapan minggu. Ini terjadi karena asupan cairan tambahan dari infus dan obat-obatan yang mungkin diterima selama persalinan.

Bau urine yang normal

Wajar jika semua urin mengeluarkan bau yang tidak sedap, karena urin mengandung berbagai produk limbah yang dihasilkan dari metabolisme tubuh. Amonia merupakan salah satu zat yang paling banyak menyebabkan bau urin.

Pola makan dan asupan cairan juga mempengaruhi bau urin. Jika bau urin Anda berubah untuk sementara waktu, hal ini mungkin disebabkan oleh sesuatu yang Anda makan di masa lalu. Misalnya saja Jengkol atau petai yang bisa mengeluarkan bau yang sangat menyengat ketika Anda buang air kecil.

Namun dalam kondisi normal, urin seharusnya tidak mengeluarkan bau yang menyengat atau berbau tertentu. Berikut ini adalah bau urin yang tidak biasa dan kondisi yang dapat menyebabkannya:

1. Menyengat seperti amonia

Jika urine Anda tiba-tiba berbau menyengat dan berwarna kuning tua, ini tandanya Anda mengalami dehidrasi. Kadar amonia yang tinggi dalam urin tidak akan larut karena air tidak mencukupi. Akibatnya urin mengeluarkan bau yang menyengat.

Selain dehidrasi, beberapa penyebab berikut ini juga bisa menyebabkan bau urin yang menyengat:

  • Infeksi pada saluran kemih
  • Gangguan pemecahan zat-zat gizi di dalam tubuh
  • Perubahan hormon akibat kehamilan atau menopause
  • Konsumsi makanan asam, protein, dan suplemen vitamin B6

2. Amis

Urine berbau amis tidaklah normal dan dapat menandakan masalah kesehatan, terlebih jika terus terjadi dalam waktu yang lama. Berbagai penyebab air kencing berbau amis adalah sebagai berikut.

  • Infeksi saluran kemih.
  • Infeksi bakteri pada vagina (bacterial vaginosis).
  • Sindrom bau ikan, yakni bau amis pada keringat, napas, dan urine karena tubuh gagal memecah zat trimetilamin.
  • Masalah ginjal.
  • Peradangan kelenjar prostat.
  • Gagal hati.

Sebetulnya, kondisi air kencing yang berbau amis tidak selalu menunjukkan masalah kesehatan serius jika tidak disertai dengan gejala lainnya. Pasalnya, hal ini bisa jadi karena Anda sedang dehidrasi atau dipengaruhi oleh pola makan Anda akhir-akhir ini.

Namun, jika bau urine tidak juga kembali normal, segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan penyebabnya. Waspadai gejala nyeri hebat saat buang air kecil, mual, muntah, demam, dan sakit punggung. Ini mungkin menandakan infeksi ginjal yang perlu segera diobati.

3. Manis

Beberapa gangguan kesehatan, obat-obatan, dan suplemen dapat mengubah bau urine menjadi manis. Berikut beberapa penyebab yang paling umum.

  • Kelebihan gula darah dalam urine akibat diabetes yang tidak terkontrol.
  • Ketoasidosis diabetik, yakni kondisi saat tubuh membakar lemak sebagai energi karena hormon insulin tidak bisa memproses gula yang masuk.
  • Maple syrup urine disease, yakni kelainan genetik yang membuat tubuh tidak dapat mencerna protein tertentu.
  • Konsumsi suplemen vitamin B6 dan obat-obatan tertentu.
  • Foetor hepaticus, yakni komplikasi hipertensi pembuluh hati yang menyebabkan perubahan pada bau napas dan urin.

Perubahan kecil pada urine yang normal bisa saja menandakan gangguan fungsi atau penyakit pada sistem perkemihan. Ini sebabnya Anda perlu membiasakan diri melihat kondisi urine ketika buang air kecil, terutama bila Anda juga mengalami gejala tertentu.***

Editor: Adrianus T. Jaya

Sumber: Hallo Sehat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah