Diduga Pengerjaan Bendungan Wae Reca Tidak Sesuai Spesifikasi, Polres Manggarai Timur Panggil PPK BES NTT II

- 7 September 2023, 19:18 WIB
Foto. Bagian yang retak dari bendungan
Foto. Bagian yang retak dari bendungan /Firman Jaya

NTT, OKE FLORES.com - Tim  penyidik Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Polres Manggarai Timur (Matim) akhirnya memanggil Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada Balai Sungai Wilayah Nusa Tenggara II (BWS NT II), terkait pengerjaan bendungan Wae Reca yang di duga kuat kerja tidak sesuai spesifikasi.

Diketahui, Polres Manggarai Timur memanggil Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BWS NT II, guna diperiksa terkait kerusakan pada tembok penahan Bendungan Wae Reca di Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) tahun 2020 lalu senilai Rp20 miliar.

Kapolres Manggarai Timur, AKBP I Ketut Widiarta yang dikonfirmasi melalui Kasat Reskrim Polres Manggarai, Iptu Jefri DN. Silaban dan Kanit Tipikor Polres Manggarai Timur, Ipda Joko Sugiarto, Rabu 06 September 2023 membenarkan adanya panggilan untuk PPK pada BWS NT II.

Baca Juga: Diduga Kerja Proyek Tak Berkualitas: Masyarakat Langke Rembong Protes, Kontraktor Geram Nyaris Adu Jotos

Menurut Sugiarto, panggilan itu ditujukan kepada PPK pada BWS NT II terkait jebolnya tembok penahan pada Bendungan Wae Reca, di Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim).

"Iya benar. Kami sudah layangkan panggilan kepada salah satu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada Balai Sungai Wilayah Nusa Tenggara II (BWS NT)," kata Sugiarto.

Ditambahkan, sebelumnya PPK pada BWS NT II telah dipanggil namun tidak memenuhi panggilan dari penyidik Tipikor Polres Manggarai Timur (Matim).

"Untuk namanya belum bisa dipublikasikan ke publik. Soal Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BWS NT II siapa yang datang akan diinformasikan kepada publik," ungkap Kanit Tipikor Polres Manggarai Timur.

Diberitakan sebelumnya, Proyek Pengerjaan Bendungan Wae Reca, di Desa Nanga Labang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur kini kondisinya terlihat suda ambruk dan  jebol.

Mega proyek pekerjaan Bendungan   yang suda jebol tersebut dikerjakan tahun 2020 lalu dan  telah menyedot  Anggaran Pembelanjaan Negara  (APBN) Tahun 2020 senilai 20 miliar lebih.

Awalnya bendungan tersebut rusak dan jebol pada tahun 2021 lalu, meski kala itu baru setahun usai di kerjakan. Atas peristiwa tersebut akhirnya kala itu pemeringah kembali gelontorkan anggaran untuk memperbaik bendungan tersebut.

Namun tak lama kemudian pada tahun 2022 lalu, bendungan tersebut kembali ambruk dan jebol yang kedua kalinya.

Atas peristiwa tersebut menyebabkan 80 hektar lebih lahan persawahan dari para petani setempat, terancam gagal panen dan  bahkan hasil penen  dari 121 orang  petani  yang punya areal persawahan mengalami penurunan secara drastis.

Tidak hanya krisis air, namun pihak pemerintah juga dinilai lamban dalam merespon terkait keluhan para petani sawah, padahal kerusakan dan jebolnya bendungan tersebut sudah sejak tahun 2022 lalu.

Andri (26) sala seorang petani saat di konfirmasi media ini Jumat, 01 September 2023 mengatakan, agar pemerintah segera memperbaiki bendungan yang suda jebol tersebut.

"Kita lihat dari pihak pemerintah sudah cek di lokasih bendungan. Mereka respon setelah banyaknya media online akhir-akhir ini memberitakan terkait kerusakan bendungan tersebut. Kita berharap secepatnya pihak pemerintah memperbaiki bendungan Wae Reca yang suda lama jebol ini, apalagi  bendungan ini pasokan air untuk  80 hektar lebih  areal persawahan." kata Andri.

Berbeda dengan AS, salah seorang Masyarakat setempat, ia meminta kepada Aparat Penegak Hukum (APH) agar segera periksa Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dan pihak rekanan kontraktor yang mengerjakan dan ikut terlibat hingga  bertanggung jawab dalam Proyek pekerjaan Bendungan Wae Reca yang  kini suda Jebol tersebut.

"Pihak Aparat Penegak Hukum harus secepatnya periksa pihak rekanan Kontraktor dan Pejabat Pembuat Komitmen pada proyek Bendungan Wae Reca. Masa baru beberapa tahun dikerjakan kondisinya suda jebol dan rusak. APH meski lakukan penyelidikan dan mendalami struktur bangunan pada pekerjaan Bendungan tersebut," bebernya.

Sementara berdasarkan pantauan media ini di lokasi, tampak terlihat bendungan Wae Reca sudah jebol. Terlihat juga bongkahan beton dan sisa-sisa campuran yang suda ambruk dan berserakan. Rumput liar pada bendungan tersebut juga bertubuh subur dan tak terawat.

Sebagai penambah informasi, diketahui Bendungan Wae Reca merupakan aset Kementerian PUPR RI yang dibangun menggunakan anggaran yang bersumber dari  APBN 2020 senilai Rp20 miliar lebih,  melalui Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NT II).

Pembangunan bendungan ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14 /Prt/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi.

Data yang berhasil dirangkum medi ini

Bangunan bendungan merupakan bangunan yang berfungsi untuk menahan laju air pada suatu badan air seperti sungai dan danau / waduk. Bangunan ini memang benar – benar dibangun pada aliran air guna keperluan penampungan air maupun irigasi.

Data yang berhasil di rangkum media ini, berikut penyebab Bendungan Jebol;

1. Piping

Piping adalah bocoran yang terjadi melalui bawah struktur bendungan dengan kecepatan yang cukup besar. Hal ini akan berpotensi membawa partikel – partikel tanah yang ada di dasar sungai dan menyebabkan kerusakan berupa keroposnya tanah di bawah struktur bendungan. Dengan rusaknya struktur tanah tersebut akan mengakibatkan struktur pecah atau hancur.

Untuk mengatasi jenis kerusakan ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi kuat arus piping yaitu dengan melakukan :

* Pembuatan lantai muka
* Pembuatan turap

2. Rusaknya lantai rendah

Kerusakan lantai rendah diakibatkan karena salahnya hitungan atau asumsi atau kurangnya pengujian yang dilakukan terhadap bagian bendungan tersebut. Lantai bisa rusak karena ada turbulensi / olakan (kolk) oleh aliran yang dapat diatasi dengan hitungan hidrolika yang benar, selain itu dalam pembuatan lantai rendah juga harus dibarengi dengan pengujian kekuatan lantai. Pengujian ini dilakukan dengan mengukur kekerasan lantai tersebut menggunakan bantuan alat uji NDT yang dapat mengukur kekerasan suatu bangunan atau bagiannya.

3. Pecahnya badan bendung

Pecahnya badan bendung dapat terjadi karena tekanan tarik yang disebabkan kesalahan dalam desain. Kesalahan tersebut akan membuat resultan gaya yang bekerja terletak di luar teras menjadi terlalu besar. Untuk mengatasinya adalah dengan membuat dimensi atau bentuk akibat gaya – gaya yang bekerja pada teras.

4. Gerusan pasir/lumpur pada bendung

Hal ini merupakan hal yang umum terjadi dan terlebih lagi bila sungai sedang mengalami banjir, untuk mengatasinya diperlukan kekuatan beton yang cukup kuat. Untuk menahan gerusan air dengan ketebalan tertentu atau sekitar ± 30 cm.

5. Stabilitas

Gangguan stabilitas disebabkan karena tekanan air yang terlalu besar. Oleh karena itu tekanan air perlu diperkecil dengan cara memecah energi air di muka bendung.*** (Firman Jaya).

Editor: Adrianus T. Jaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah