Ahli Gizi Klinis: Obesitas Munculkan Risiko Penyakit Tidak Menular

23 Mei 2023, 13:19 WIB
Ahli Gizi Klinis: Obesitas Munculkan Risiko Penyakit Tidak Menular /Unsplash.com//

GAYA HIDUP, OKE FLORES.com - Kasus obesitas banyak terjadi saat ini, termasuk di kalangan anak-anak.

Menanggapi hal tersebut, ahli gizi klinis Dr. Marya Haryono berbicara tentang risiko penyakit menular (PTM) yang terjadi bagi mereka yang mengidap penyakit tersebut.

Menurut dr. Marya Haryono, orang obesitas berpotensi mengalami sindrom metabolik, yang meningkatkan risiko PTM.

Risiko PTM utama terungkap kemarin di acara Hari Obesitas Sedunia pada Rabu 1 Maret 2023 lalu. 


"Seseorang didiagnosis mengalami sindrom metabolik bila memiliki tiga atau lebih kondisi seperti kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, gula darah (glukosa) tinggi, rendahnya kadar kolesterol HDL (baik) dalam darah, tingginya kadar trigliserida dalam darah, dan tekanan darah tinggi," katanya.

Melansir PikiranRakyat.com, dr Marya menguraikan penjelasan terkait cara mendeteksi obesitas pada diri seseorang yakni mereka harus melihat lingkar perut masing-masing.

Dalam hal ini, obesitas dengan sindrom metabolik akan terjadi pada kategori lingkar perut pada laki-laki di atas 90 cm dan wanita dengan angka di atas 80 cm.


Harus dipahami pengukuran lingkar perut itu dilakukan dengan menggunakan tangan masing-masing mulai dari pusar ke punggung badan.

Kemudian, sindrom metabolik juga bisa dideteksi dari tekanan darah seseorang yakni sistol dengan angka di atas 130 mmHg dan diastol yang lebih dari 85 mmHg.

Diketahui, sistol merupakan tekanan darah yang beredar saat jantung memompa darah menuju pembuluh nadi, sedangkan diastol merupakan tekanan darah yang beredar saat jantung menyedot darah kembali dari pembuluh nadi.

Marya membeberkan bahwa inti ketidaknyamanan yang dirasakan penderita obesitas adalah saat di tubuhnya terdapat tumpukan lemak akibat asupan gizi yang tidak seimbang.


"Dampak jangka pendek, anak obestitas jadi kurang aktif, sering mengantuk, dan tidurnya mengorok," ujarnya menjelaskan.

"Untuk jangka panjangnya, berpotensi timbul penyakit yang kaitannya tidak menular, misalnya risiko kena strok, serangan jantung, kencing manis atau diabetes," ujar dia lagi.

Selain itu, obesitas ternyata tidak hanya menimpa orang dengan kelebihan berat badan, melainkan juga terjadi pada orang kurus.

Ditegaskan dr Marya, pemantauan tingkat obesitas dapat dilakukan dengan mengukur Indeks Massa Tubuh yang melibatkan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter (m2).

Atas sebab itu, dr Marya mengimbau masyarakat menerapkan konsumsi makanan sesuai anjuran dari Kementerian Kesehatan yakni sayur dalam jumlah dua kali lipat dari sumber karbohidrat dan protein.

"Jangan lupa untuk memilih makanan dan minuman yang tinggi protein karena bisa menjadi sumber energi," ujarnya.***

Editor: Sastriana Jedaun

Sumber: Pikiran Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler