Inilah Suku Tidung Indonesia yang sempat di Tuding Pakaian Adat China dalam Uang Kertas 75 Ribu

- 17 Maret 2023, 09:54 WIB
Bocah bernama  Muhammad Izzam Athaya, pakai baju adat Suku Tidung di uang baru Rp 75.000.
Bocah bernama Muhammad Izzam Athaya, pakai baju adat Suku Tidung di uang baru Rp 75.000. /Kolase Jakbarnews.com/

Okeflores.com - Uang kertas Rp 75.000 menampilkan pakaian adat dari berbagai suku di Indonesia, salah satunya pakaian adat suku Tidung Busana adat suku Tidung dapat dilihat pada bagian tengah gambar busana adat suku lain.

Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa pakaian adat yang ada di tengah gambar tersebut adalah pakaian adat suku Tidung Masyarakat mengira bahwa pakaian adat suku Tidung adalah pakaian adat Tionghoa. 

Padahal pakaian adat suku Tidung merupakan pakaian adat yang diakui sebagai pakaian daerah Kota Tarakan, Kalimantan Utara

Suku Tidung lebih dikenal dengan Suku Dayak yang telah memeluk Islam.

Suku ini berasal dari bagian utara Pulau Kalimantan yang saat ini adalah Provinsi Kalimantan Utara.

Meski memiliki kekerabatan dekat dengan Suku Dayak, Suku Tidung tidak dianggap dalam rumpun yang sama lantaran mayoritas Suku Tidung menganut Islam sebagai agamanya. 

Sehingga, Suku Tidung dirumpunkan ke dalam rumpun melayu bersanding dengan Suku Kutai, Suku Pasir, dan Suku Banjar.

Suku Tidung ialah suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun di Malaysia (negeri Sabah). Bahasa adat Suku Tidung bernama Bahasa Tidung dengan dialek Tarakan.

Bahasa Tidung juga tidak jauh berbeda dengan bahasa di Kalimantan lainnya.

Pakaian adat Suku Tidung terdiri dari Pelimbangan dan Kurung Bantut (pakaian sehari-hari), Selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian pengantin). 

Pakaian adat Suku Tidung yang ditampilkan dalam uang pecahan RP.75.000 yang baru ialah pakai adat untuk pengantin Suku Tidung.

Sebelumnya Suku Tidung memiliki kerajaan yang bernama Kerajaan Tidung. 

Kerajaan Tidung berbatasan dengan Kesultanan Bulungan dan memiliki hubungan erat dalam bidang ekonomi dan politik. 

Namun pada masa penjajahan Belanda, Belanda melakukan politik adu domba antara Kerajaan Tidung dan Kesultanan Bulungan hingga hubungan keduanya menjadi hancur.

Puncak kejayaan Kerajaan Kidung ialah tatkala kepemimpinan Raja Bengawan. 

Kerajaan Kidung memperluas wilayahnya dari Tanjung Mangkaliat di bagian selatan hingga kudat, Malaysia di bagian utara. 

Wilayah ini pun berkembang kemudian meliputi Beluran, Betayau, Bunyu, Kalabakan, Labuk, Lumbis, Malinau, Mandul, Mentarang, Nunukan, Pulau Sebatik, Salim Batu, Sebuku, Sekatak, Sembakung, Serudung, Sesayap, Semendalen, Soembol dan Tarakan saat ini.***

Editor: Sastriana Jedaun


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah