Gangguan Pembuluh Darah Plasenta: Plasenta yang tidak berkembang dengan baik atau letaknya yang tidak tepat dapat menyebabkan komplikasi, seperti preeklampsia atau pertumbuhan janin yang terhambat.
Gangguan Autoimun: Beberapa penyakit autoimun, seperti lupus, dapat meningkatkan risiko kehamilan yang tinggi karena sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri.
Baca Juga: Trimester 2: Fase Kehamilan Paling Penting untuk Ibu dan Janin, Sampai Perbedaan Gairah Seksual
Cara Menjalaninya
-
Pemantauan Rutin: Ibu hamil dengan risiko tinggi memerlukan pemantauan lebih ketat. Kunjungan rutin ke dokter atau bidan akan membantu mendeteksi potensi masalah lebih awal.
-
Pola Makan Sehat: Nutrisi yang cukup sangat penting dalam mengelola kehamilan. Diet seimbang dengan asupan vitamin dan mineral yang cukup dapat membantu mengurangi risiko komplikasi.
-
Istirahat Cukup: Kehamilan yang sehat memerlukan istirahat yang cukup. Ibu hamil harus memprioritaskan waktu istirahat dan tidur yang cukup untuk mendukung perkembangan janin.
-
Pengelolaan Stres: Stres dapat memengaruhi kesehatan ibu hamil. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga ringan dapat membantu mengelola stres.
-
Obat dan Pengobatan yang Aman: Penting untuk berbicara dengan profesional kesehatan tentang obat dan pengobatan yang aman selama kehamilan. Beberapa kondisi mungkin memerlukan pengobatan, dan perencanaan perawatan yang baik sangat diperlukan.
-
Pemantauan Khusus pada Janin: Tes khusus seperti ultrasonografi atau tes kehamilan non-stres mungkin diperlukan untuk memantau perkembangan janin dengan lebih cermat.
-
Pilihan Persalinan yang Aman: Diskusi dengan dokter mengenai pilihan persalinan yang aman dan sesuai dengan kondisi kesehatan tertentu dapat membantu mengurangi risiko.