Bahaya! Peneliti Ungkap Tanda-Tanda 'Kiamat' yang Bakal Melanda Bumi, Ini yang Terjadi di Bawah Tanah

- 9 Februari 2024, 07:05 WIB
Ilustrasi kiamat.
Ilustrasi kiamat. /Pixabay/Pete Linforth

OKE FLORES.COM - Sebuah penelitian terbaru dari UC Santa Barbara telah mengungkap fakta yang mengkhawatirkan.

Diketahui, jumlah air bawah tanah di berbagai wilayah bumi semakin menyusut dengan penurunan yang signifikan, bahkan lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Menurut penelitian tersebut, penurunan air tanah telah mencapai angka yang mencengangkan, dengan 71% dari akuifer mengalami penurunan.

Baca Juga: Inilah Sosok Bio Paulin Pierre, Pria Asal Benua Afrika yang akan Maju sebagai Caleg Pemilu 2024, Ternyata...

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, laju penurunan air ini juga semakin meningkat seiring berjalannya waktu, mengindikasikan eskalasi krisis yang tidak bisa diabaikan.

Data yang dikumpulkan dari penelitian menunjukkan bahwa pada 1980-1990an, penurunan air hanya terjadi pada 16% sistem akuifer.

Namun, pada kenyataannya, angka ini jauh lebih tinggi, dan penurunan yang sekarang ditemukan hampir tiga kali lipat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Baca Juga: Inilah Beberapa Contoh Soal Ujian Kelas 12 Beserta Kunci Jawabannya dari Berbagai Mata Pelajaran

Penelitian ini dilakukan melalui analisis data dari catatan nasional dan subnasional, serta melibatkan pemrosesan data selama dua tahun, yang menghasilkan pemahaman mendalam tentang tren ketinggian air tanah dalam rentang waktu seratus tahun terakhir.

Lebih dari 1,5 juta sumur telah dimonitor, menghasilkan sekitar 300 juta pengukuran ketinggian air.

Para peneliti juga menerjemahkan data ini ke dalam tren global air tanah, serta melakukan rekonstruksi batasan akuifer di berbagai wilayah, dengan mengevaluasi tren ketinggian air tanah pada 1.693 akuifer.

Baca Juga: Pengakuan dan Penghargaan yang Sama untuk PNS dan PPPK Melalui UU Nomor 20 Tahun 2023

Salah satu solusi yang diusulkan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan penyimpanan air di bawah tanah.

Namun, hal ini harus dilakukan dengan perencanaan geologi yang cermat agar efektif dan tidak menimbulkan risiko tambahan.

Metode penyimpanan air tanah ini dianggap lebih menguntungkan karena biayanya yang lebih rendah, minim gangguan terhadap lingkungan, dan risiko yang lebih terkendali.

Baca Juga: Trending Terbaru! Mantan Pemain Persipura Maju Caleg pada Pemilu 2024, Ternyata Bukan Orang Indonesia Asli

Penelitian juga menunjukkan bahwa pengisian ulang akuifer dapat memberikan manfaat ekologi yang signifikan, seperti yang ditemukan oleh Debra Perrone dari UC Santa Barbara pada tahun 2014, bahwa pengisian ulang akuifer dapat menghasilkan nilai manfaat enam kali lebih besar per dolar dibandingkan dengan reservoir permukaan.

Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang eskalasi krisis air tanah global dan menyoroti pentingnya tindakan yang segera diambil untuk mengatasi masalah ini.

Baca Juga: Pengakuan dan Penghargaan yang Sama untuk PNS dan PPPK Melalui UU Nomor 20 Tahun 2023

Dengan kolaborasi antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan praktisi lapangan, harapannya adalah kita dapat menjaga sumber daya air tanah yang penting ini untuk generasi mendatang.***

Editor: Adrianus T. Jaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x