Muhammadiyah Menolak Politik Identitas dan Mendorong Caleg Pemilu 2024 objektif dan Rasional. 

- 26 Mei 2023, 13:46 WIB
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah,  Haedar Nashir
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir /Twitter @HaedarNS/

NASIONAL,OKE FLORES.com - Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan akan menolak politik identitas pada Pemilu 2024. Sebagaimana layaknya Haedar, dia mengimbau seluruh peserta pemilu 2024 untuk mengeluarkan kebijakan yang objektif dan rasional.

“Kita berlomba-lomba mengedepankan politik objektif, rasional dan dalam koridor demokrasi,” kata Haedar dalam jumpa pers seusai ramah tamah dengan Presiden PBNU Yahya, melansir Disway.id, Jumat 26 Mei 2023.

Cholil Staquf di kantor PBNU, Jl Kramat 164, Jakarta Pusat pada Kamis, 25 Mei 2023. Haedar Nashir saat itu didampingi Sekjen Muhammadiyah Prof. H Abdul Mu'ti, Bendahara Umum Hilman Latief, Rektor Prof.

Anwar Abbas, Saad Ibrahim dan Agus Taufiqurrahman serta Sekretaris Izzul Muslimin dan M Sayut.

Sementara itu, Dirjen PBNU Yahya Cholil Staquf didampingi oleh Wakil Dirjen H. Amin Said Husni, Sekjen H. Saifullah Yusuf dan Wakil Sekjen Najib Azca, Suleman Tanjung dan Imron Rosyadi Hamid.

Haedar Nashir kembali mengatakan bahwa politik identitas adalah politik yang mempolitisasi perasaan pribumi untuk memenangkan argumentasi demokrasi.

Naedar mengatakan, politik identitas membuat pemilu tidak bisa dijadikan arena untuk membicarakan ide, gagasan, dan program untuk pembangunan Indonesia ke depan.

Haedar juga sependapat dengan pernyataan staf Yahya Cholil bahwa mereka menentang politik yang hanya berdasarkan primitivisme.

Gus Yahya disebut primitif. Primitif adalah suatu agama, ras, suku, yang sering kita sebut SARA.

"Karena dilandasinya, politisasi emosional kerap mengatasnamakan agama, ras, suku, atau berbagai golongan. Sementara itu, Yahya Cholil Staquf mengatakan kepada PBNU bahwa politik identitas adalah politik yang hanya didasarkan pada perolehan dukungan berdasarkan identitas asli akhirnya mengarah pada polarisasi,” jelas Haedar.

Menurutnya, politik identitas membuat pasangan presiden-wakil presiden hanya menggunakan identitas asli untuk memenangkan pertarungan, tanpa menawarkan program-program yang rasional dan tema yang lebih visioner.

“Kami melihat bahwa politik identitas berbahaya bagi seluruh masyarakat karena berkontribusi pada perpecahan masyarakat,” kata Yahya Cholil Staquf.

Ia juga mengingatkan agar capres dan cawapres tidak terlibat politik identitas pada Pilpres 2024.

Yahya Cholil Staquf menekankan perlunya kepemimpinan moral dalam politik, agar politisi tidak hanya mengedepankan kepentingan pragmatis.

"Harus ada kepemimpinan moral dalam politik ini agar tidak didikte oleh kepentingan pragmatis,” kata pria yang akrab disapa Gus Yahya itu.

Ke depan, PBNU dan Muhammadiyah akan melanjutkan pembicaraan untuk melanjutkan pertemuan hari ini.

Gus Yahya berharap dapat menyusun strategi bersama agar dapat berdampak pada berbagai isu yang berkembang.

"Kemudian kedua belah pihak (PBNU dan Muhammadiyah) akan melanjutkan pembicaraan ini. Karena komunikasi langsung adalah urutan hari ini, tetapi kami ingin mencari strategi promosi bersama, mudah-mudahan ada efeknya," kata Gus Yahya tentang masalah politik. 

PBNU dan Muhammadiyah juga bekerja sama untuk mengembangkan strategi ekonomi yang lebih adil Gus Yahya mengaku pihaknya akan belajar dari Muhammadiyah tentang mengelola organisasi dan melayani umat.

“Saya yakin ini akan menjadi wilayah kementerian yang sangat bermanfaat bagi NU dan Muhammadiyah.

Kami sangat berterima kasih. Semoga kunjungan ini menjadi berkah,” harap Gus Yahya.*** 

Editor: Paulus Adekantari

Sumber: Disway


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah