Jusuf Hamka Sebut Penyebab Kenapa Orang China Lebih Kaya dari Pribumi: 'Pola Pikir yang Berbeda'

- 5 Juni 2023, 13:59 WIB
Foto: Jusuf Hamka
Foto: Jusuf Hamka /YouTube Denny Sumargo

JAKARTA, OKE FLORES.com - Raja tol, Jusuf Hamka memberikan pendapatnya saat Denny Sumargo menanyakan mengapa banyak orang China yang lebih kaya dari pada orang pribumi sendiri.

Jusuf Hamka, bernama asli Jauw A Loen, adalah seorang pengusaha Muslim Indonesia berasal dari keluarga Tionghoa.

Ia menjadi mualaf pada tahun 1981 dan diislamkan oleh Buya Hamka. Kiprah Jusuf Hamka di bidang jalan tol sebagai pemilik PT Citra Marga Nusaphala Persada tak diragukan lagi.

Jusuf Hamka blak-blakan saat Denny Sumargo menanyakan mengapa orang Chinese lebih kaya dari pribumi.

“Orang Chinese non muslim ya termasuk itu biasanya kan lebih kaya gitu, sedangkan yang pribumi, maaf mereka nih tidak banyak (yang kaya), aku melihat kekurangannya dari sisi mana ya?” tanya Denny Sumargo, melansir RMOL.id, Senin 5 Juni 2023.

Jusuf Hamka menanggapi beberapa hal yang menyebabkan orang china lebih kaya dari pribumi, yaitu kesalahan orde baru yang melarang Tionghoa ikut terlibat dalam dunia politik.

“Dulu sebenarnya ada kesalahan dari pemerintah di zaman orde baru, bahwa semua orang Tionghoa tidak boleh terlibat dalam politik,” ucap Jusuf Hamka.

Menurutnya, Orang wni keturunannya tidak diperbolehkan menjadi anggota Polri, TNI, dan PNS. Kalaupun ada sangat minor sekali.

Situasi ini membuat orang Tionghoa tidak punya kesempatan, sehingga mereka akhirnya hanya bekerja di dunia bisnis.

Jusuf Hamka juga menyinggung teori Alibaba bahwa perusahaan yang secara legalitas dimiliki oleh orang lokal tetapi sebetulnya dibelakang layar milik orang Tionghoa.

“Perusahaan pribumi akan diberikan prioritas, sehingga banyaklah yang minta izin kehutanan, konsesi kayu pribumi, namanya Ahmad atau Ali, didepan dirutnya tapi yang punya si Baba, jadi Alibaba” kata Jusuf Hamka.

Dengan kondisi seperti ini, pemerintah berharap transfer knowledge bisnis orang Tionghoa kepada pribumi tidak akan berhasil, karena penduduk lokal cukup puas ketika mendapatkan keuntungan sekian persen, sedangkan orang Chinese tidak pernah puas.

“Kebanyakan temen-temen kita (pribumi) begitu dia merasa sudah achieve pada targetnya misalnya oh target gue kepengen punya rumah, gue kepengen punya mobil terus gue kepengen punya tabungan, udah dia stop mulai bermalas malasan,” jelas pria kelahiran 5 Desember 1957 ini.

Masyarakat pribumi lupa bahwa masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi di masa depan, seperti biaya sekolah yang semakin tinggi atau kebutuhan dana darurat.

“Sedangkan si Tionghoa-tionghoa ini selalu diajarkan pola hidup hemat dan uber-uber cuan terus karena mempersiapkan diri kalo keadaan susah,” ucap Jusuf Hamka.

Cara berpikir orang Tionghoa juga mengajarkan bahwa mereka tidak boleh lebih miskin dari anak-anak mereka.

“Pola pikir yang berbeda, dia (pribumi) ingin menggantungkan hidupnya kepada anaknya kalau orang Tionghoa dia prinsipnya dia gak mau menggantungkan hidup dari anak,” jelas Jusuf Hamka.***

Editor: Paulus Adekantari

Sumber: Geloranews


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x