Senang Dagangannya Dibeli Bupati Pedagang di Banjaran Bandung yang Menangis Semalaman

- 10 Juni 2023, 09:02 WIB
Ilustrasi Pedagang Telur - /Tangkap layar/Pasar Boyolali
Ilustrasi Pedagang Telur - /Tangkap layar/Pasar Boyolali /

NTT, OKE FLORES.com - Hajah Nia Kurniati (63) mengalami kesulitan untuk tidur selama dua hari terakhir atau sejak Bupati Bandung Dadang Supriatna berkunjung ke Pasar Banjaran pada Senin, 5 Juni 2023.

Alih-alih memikirkan nasibnya, dia lebih cemas akan masa depan para pedagang.

Meskipun begitu, Nia sendiri juga merupakan pedagang di Pasar Banjaran.

Sebagai penjual teh dan berbagai macam kerupuk, Nia telah berjualan di Pasar Banjaran selama 42 tahun.

Dia dihormati oleh para pedagang dan seringkali menjadi tempat curhat bagi para rekan bisnisnya.
Namun, keluhan para pedagang semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Juga: Resep Cokelat Chip Cookies Renyah dan Lembut

Hal ini terkait dengan rencana Pemerintah Kabupaten Bandung untuk merevitalisasi Pasar Banjaran.

Dengan skema lelang investasi sebesar Rp125 miliar, PT Bangun Niaga Perkasa akan menjadi pihak swasta yang akan membangun dan mengelola pasar selama 20 tahun.

Akan tetapi, rencana revitalisasi oleh pihak swasta ini mendapat banyak penolakan.

Pasalnya, para pedagang sendirilah yang membangun kios/los mereka setelah Pasar Banjaran mengalami kebakaran.

Sementara itu, pembangunan pasar oleh pihak swasta akan memaksa para pedagang untuk membeli tempat.

"Saya juga membangun sendiri kios (berukuran 3x3 meter) ini, setelah kebakaran pasar pada 2000 lalu. Pasar Banjaran memang sudah beberapa kali kebakaran, pedagang yang udunan buat membangun lagi," katanya ditemui di Pasar Banjaran, melansir pikiran rakyat, sabtu 10 juni 2023.

Menurut pandangannya, harga kios/los yang terbaru tidak masuk akal karena mencapai ratusan juta rupiah untuk sebuah tempat berjualan yang layak.

Namun, di sisi lain, daya tarik para penjual cukup rendah, sehingga banyak dari mereka tidak setuju dengan rencana peremajaan yang dilakukan oleh perusahaan swasta.

"Saya merasa sudah empat tahun ini (omzet) turun, malah Lebaran kemarin juga sepi. Pedagang lain juga banyak yang mengeluh, menangis, malah ada yang sampai sakit-sakitan. Saya tahu, karena saya jadi tempat mengadu," kata ibu dari empat anak itu.

Menurutnya, terdapat seorang pengusaha unggas yang bernama Lia (53) yang telah meninggal dunia karena dipercayai mengalami tekanan mental yang berlebihan akibat hutang kios yang baru saja dibayar. Hal ini disebabkan karena pengusaha tersebut sempat mengeluhkan situasi keuangan yang dihadapinya.

"Memang sudah sakit-sakitan selama dua bulan, ditambah mungkin stres. Dia enggak punya suami, anaknya banyak. Dia sudah bayar DP (uang pangkal) buat kios yang baru ke PT, tahu cicilannya besar. Masuk ICU selama 20 hari, meninggal pas pedagang ke Soreang," katanya.

Pada hari Senin, tanggal 28 Mei 2023, para penjual di Pasar Banjaran mengadakan pertemuan dengan Komisi B DPRD Kabupaten Bandung di Soreang. Pertemuan tersebut berakhir tanpa kesepakatan, sehingga para penjual mengunjungi setiap fraksi di DPRD Kabupaten Bandung.

Pada saat itu, tujuh fraksi sepakat untuk mendorong Pemkab Bandung untuk menunda tahapan pembaruan Pasar Banjaran sampai putusan dari Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung dikeluarkan.

Sengketa di PTUN Bandung itu terjadi karena gugatan dari para penjual terkait pembaruan pasar.

Meskipun legislatif telah meminta eksekutif untuk menunda tahapan pembaruan, Pemkab Bandung tetap bersikeras melanjutkannya.

Pada awal pekan ini, Bupati Bandung Dadang Supriatna mengunjungi Pasar Banjaran untuk melihat relokasi para penjual.

Pada saat itu, Dadang sempat memperoleh 1 kg kerupuk mi di toko Hajah Nia. Walau dijual dengan harga Rp22.000, Hajah Nia mengatakan bahwa dia bersedia menjualnya Rp20.000 khusus untuk sang bupati.

Dia bahkan mengatakan bahwa tidak masalah jika kerupuk mi tersebut diberikan secara cuma-cuma.

"Saya juga mendoakan bupati sehabis sholat zuhur, sing janten ahli sorga, hatur nuhun SK (surat keputusan terkait revitalisasi pasar) dicabut. Har, ari pek teh dibukbak. Balik lagi ke pasar (setelah sholat), sudah dipasangi pagar seng (untuk menutupi kios pedagang)," kata Hajah Nia.

Sempat senang dengan kabar kedatangan Dadang ke Pasar Banjaran, dia akhirnya uring-uringan.

Hajah Nia kecewa, karena Bupati Bandung ternyata tak menunjukkan keberpihakannya kepada para pedagang.

Rencana pedagang untuk menggelar syukuran pun pupus.

"Saya sudah tua, takut meninggal, saya enggak mau punya utang (demi membeli kios baru di Pasar Banjaran). Saya enggak mau menyusahkan anak dan cucu saya," kata perempuan yang sudah menjanda selama 18 tahun itu.

Melihat Hajah Nia yang terpukul karena kios-kios ditutupi oleh seng usai kunjungan bupati, Muhammad Taufik Anwari lalu meminta ibunya pulang ke rumahnya di daerah Kamasan, Banjaran. Sampai malam, kata dia, ibunya itu terus-terusan menangis.

Baca Juga: Dijamin Doyan Sampai Nambah! Berikut Resep Creamy Pasta Mudah, Gurih, dan Super Enak

"Kemarin juga saya minta ibu buat enggak dagang di pasar dulu, karena masih syok. Tiap malam itu kan terus-terusan menangis, karena memikirkan pedagang yang lain juga. Sekarang tiap malam para pedagang itu ronda, khawatir kiosnya dibongkar," kata Anwari.***

Editor: Paulus Adekantari

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x