"Cawapres tidak lagi hanya diidentikkan sebagai figur, yang berfungsi untuk sekadar meningkatkan elektabilitas pemilu," kata akademisi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Kamis.
Menurutnya, ide yang baik adalah politisi yang berani mengembalikan dan melantik wakil presiden, sesuai sistem hukum berdasarkan UUD 1945.
"Menentukan cawapres yang sesuai dengan kebutuhan negara," kata dia, "dan tidak semata-mata ban serep karena tugas konstitusional negara ke depan akan semakin kompleks, lebih berat dan menantang."
Ia juga mengungkapkan, Prof. Yusril Ihza Mahendra adalah pasangan yang cocok untuk Prabowo Subianto. Fahri menilai politikus PBB itu merupakan pejabat teknis yang baik dan mampu menjalankan berbagai fungsi konstitusi seperti wakil presiden.