WASPADA! BMKG Ingatkan Tsunami Waiteba, Lembata, NTT 45 Tahun Lalu Tetap Siaga

- 14 Maret 2024, 11:22 WIB
ilustrasi: Gelombang Tsunami
ilustrasi: Gelombang Tsunami /google

OKE FLORES.COM - Pada tanggal 18 Juli 1979, sebuah bencana alam dahsyat melanda kawasan Waiteba di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tsunami yang mengerikan tersebut meninggalkan jejak kehancuran yang mendalam dan menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat setempat.

Meskipun telah berlalu 45 tahun sejak kejadian tragis tersebut, ingatan akan bencana itu tetap terpatri dalam sejarah, terutama berkat dokumentasi yang dibuat oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Baca Juga: KAI upgrade Fasilitas yang Lebih Nyaman dan Mewah, Mulai dari tanggal 14 Maret 2024

Sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam pemantauan dan penelitian tentang fenomena cuaca, iklim, dan geofisika di Indonesia, BMKG memiliki peran penting dalam membantu memahami dan mengelola bencana alam, termasuk tsunami.

Pada saat itu, teknologi dan infrastruktur yang dimiliki BMKG mungkin tidak sekompleks seperti saat ini, namun semangat untuk melacak dan mendokumentasikan bencana tetap kuat.

Admiral Musa Julius, Pengamat Meteorologi dan Geofisika Ahli Muda BMKG, mengatakan itu untuk mengingatkan masyarakat Lembata untuk tetap waspada di masa mendatang.

"Dokumentasi tsunami di Waiteba ini guna mengingatkan masyarakat umum, khususnya masyarakat Lembata akan bencana dahsyat tersebut, sehingga mereka selalu siap siaga pada masa mendatang," kata Musa di Kupang, Rabu, 13 Maret 2024,

Tsunami yang Langka

Menurut BMKG, tsunami yang terjadi di Waiteba, Lembata, NTT pada 18 Juli 1979 terbilang langka karena tidak didahului oleh gempa atau erupsi gunung berapi.

Longsoran dari komplek pegunungan Ile Werung menyebabkan bencana di Waiteba, Labala, dan Bobu, yang menelan korban lebih dari 500 orang.

Halaman:

Editor: Adrianus T. Jaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x