Hati-hati Jika Bobot Tubuh Anak Tidak Bertambah Sesuai Dengan Usianya

3 Juni 2023, 14:00 WIB
Hati-hati Jika Bobot Tubuh Anak Tidak Bertambah Sesuai Dengan Usianya /

GAYA HIDUP, OKE FLORES.com - Masalah 'weight faltering' pada anak, yang mengindikasikan kurangnya perkembangan berat badan sesuai usia, adalah masalah serius yang perlu mendapat perhatian. Gejala utamanya adalah kurangnya pertumbuhan berat badan pada anak yang tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan standar.

Pada awal 2023, Kementerian Kesehatan akan merilis hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022. Hasil survei ini menunjukkan bahwa kasus balita yang mengalami kurangnya berat badan selama tiga tahun terakhir meningkat.

Berdasarkan hasil SSGI 2022, pada tahun 2019 terdapat 16,3 persen balita yang mengalami kurangnya berat badan, kemudian pada tahun 2021 meningkat menjadi 17 persen, dan pada tahun 2022 semakin meningkat menjadi 17,1 persen.

Masalah kurangnya berat badan pada anak menjadi perhatian banyak ahli dan dokter di Indonesia karena kondisi ini dapat menjadi awal mula dari masalah yang lebih serius, yaitu stunting.
Penyebab utama.

Dalam Instagram Live Teman Parenting, dr. Tania Paramita, Sp. A menjelaskan, bahwa umumnya berat badan anak tidak bertambah sesuai usia di Indonesia adalah karena masalah asupan makan dan nutrisi. Namun, sebagian juga disebabkan oleh penyakit atau kondisi tersembunyi yang dialami anak, seperti penyakit bawaan, infeksi, kekurangan zat besi, dan lainnya.

“Biasanya weight faltering itu pasti keluhannya, ‘kok anak saya BB-nya stuck udah 3-4 bulan’,” ungkap dr. Tania.

Idealnya, kenaikan berat badan anak selama tiga bulan pertama adalah 750-1.000 gram. Di usia tiga sampai enam bulan, peningkatan berat badan anak idealnya 500-750 gram.

Sementara di usia enam sampai sembilan bulan, kenaikan berat badannya 250-500 gram. Kemudian di usia sembilan sampai satu tahun, kenaikannya sekitar 250-300 gram.

Menurut dr. Tania, weight faltering umumnya mulai terjadi pada bayi berusia tiga sampai empat bulan. Jika kondisi weight faltering ini tidak segera ditangani, lama kelamaan akan berkembang menjadi stunting.

“Jadi stunting itu tidak di awal. Stunting itu kondisi di mana tinggi badan anak berada di bawah garis merah yang disebabkan oleh malnutrisi kronis dan berkepanjangan, misalnya sudah enam bulan berat badannya seret,” kata dr. Tania.

Ia juga menjelaskan bahwa pada anak yang lahir prematur, maka diperlukan pemantauan lebih terhadap berat badannya. Pasalnya, bayi yang lahir sebelum waktunya umumnya memiliki organ yang belum sempurna, sehingga fungsinya belum matang. Akibat hal tersebut, umumnya berat badan anak prematur kecil.

“Anak prematur ketika dibawa pulang, kondisinya tidak boleh tidak tumbuh. Harus terus dipantau dan ada kurva pertumbuhannya sendiri sesuai berat badan lahirnya,” tuturnya.

Tidak semua mengalami
Satu hal yang dipercaya banyak masyarakat luas adalah bahwa anak kurus pasti mengalami masalah berat badan atau weight faltering. Padalah, menurut dr. Tania tidak semua anak kurus berarti mengalami weight faltering, diperlukan pemeriksaan lebih jauh untuk dilakukan diagnosis.

“Ada kok anak kurus yang kondisinya semuanya baik, tapi memang perawakannya saja yang kurus. Gemuk atau kurus itu subjektif,” ungkap dr. Tania.

Maka itu, disarankan agar orang tua lebih peka dan dapat membedakan kondisi anak yang berpotensi disebabkan oleh weight faltering.

Menurutnya, setiap orang tua punya insting. Jika orang tua memiliki insting berat badan anak tidak bertambah atau kurang, maka perlu segera konsultasi berkala dengan dokter.
Dr. Tania juga mengemukakan pentingnya mencari second opinion dengan dokter lain jika berat badan anak tidak kunjung naik juga meskipun sudah coba diatasi.

"Berkonsultasi langsung dengan dokter sangat krusial untuk mencegah stunting. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan memberikan rekomendasi penanganan sesuai dengan kondisi anak," katanya. ***

Editor: Sastriana Jedaun

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler