Pemanis Buatan 'Kemungkinan' Dapat Menyebabkan Kanker

18 Juli 2023, 08:30 WIB
Ilustrasi pemanis buatan. /Ilustrasi/Pixabay/congerdesign/

OKEFLORES.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengategorikan aspartam sebagai "mungkin menyebabkan kanker pada manusia," namun tetap dianggap tidak berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah sedikit.

Pemanis buatan yang paling umum ditemukan dalam minuman ringan diet, aspartam telah dikaitkan dengan masalah kesehatan.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) menemukan "bukti batas" yang menghubungkan aspartam dengan karsinoma hepatoseluler, suatu bentuk kanker hati pada Jumat, 14 Juli 2023.

Baca Juga: Bakteri di Usus Ternyata Bisa Sebabkan Kolesterol Hingga Serangan Jantung

IARC telah menyimpulkan setelah memeriksa tiga penelitian manusia skala besar di AS dan Eropa.

Berdasarkan temuan ini, WHO mencatat aspartam sebagai zat Grup 2B, yang merupakan tingkat ketiga tertinggi dari empat tingkat bahan yang berpotensi menyebabkan kanker.

WHO merekomendasikan agar orang mengonsumsi kurang dari 40 mg aspartam per kilogram berat badan per hari. Dengan sekaleng minuman soda diet biasanya mengandung 200 mg hingga 300 mg aspartam, orang dewasa dengan berat 70 kg perlu minum antara sembilan dan 14 kaleng per hari untuk melebihi batas ini.

"Penilaian aspartam telah menunjukkan bahwa, meskipun keamanan bukanlah perhatian utama pada dosis yang umum digunakan, efek potensial telah dijelaskan yang perlu diselidiki oleh penelitian yang lebih banyak dan lebih baik," kata Direktur WHO's Departemen Nutrisi dan Keamanan Pangan Dr. Francesco Branca, dilansir dari pikiran-rakyat.com dari Russia Today, Selasa 18 Juli 2023.

Aspartam ditemukan dalam berbagai macam produk seperti soda diet, permen karet, permen, yogurt rendah kalori, dan sereal sarapan. Itu juga dijual sebagai pemanis dengan merek NutraSweet, Canderel dan Equal.

Aspartam disetujui untuk digunakan sebagai pemanis di AS pada tahun 1974, dan Coca-Cola mulai menambahkannya ke dalam Diet Coke pada tahun 1980-an.

Persetujuan UE menyusul pada tahun 1994, tetapi beberapa penelitian sejak itu mengaitkan zat tersebut dengan sejumlah masalah kesehatan, termasuk kanker hati dan paru-paru, kerusakan otak, demensia, dan kejang.

Namun, regulator di kedua sisi Atlantik secara konsisten gagal menemukan cukup bukti untuk menyesuaikan pedoman konsumsi mereka.

WHO dan IARC akan terus memantau bukti baru dan mendorong kelompok penelitian independen untuk mengembangkan studi lebih lanjut tentang hubungan potensial antara paparan aspartam dan efek kesehatan konsumen.***

Editor: Adrianus T. Jaya

Sumber: Pikiranrakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler