Misalnya, kelainan bawaan atau akibat dari prosedur bedah sebelumnya dapat mengganggu perjalanan telur yang telah dibuahi ke rahim.
4. Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Tidak Efektif
Meskipun jarang terjadi, kehamilan ektopik bisa terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi, seperti IUD (intrauterine device), meskipun jarang terjadi.
Jika alat kontrasepsi tidak ditempatkan dengan benar, ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
5. Riwayat Kehamilan Ektopik Sebelumnya
Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi yang sama pada kehamilan selanjutnya.
Kehamilan ektopik sebelumnya dapat meninggalkan kerusakan pada saluran tuba falopi, meningkatkan risiko kehamilan ektopik di masa depan.
Baca Juga: Mengelola Pengeluaran dengan Bijak: Memadukan Keuangan dan Kondisi Finansial
6. Faktor-faktor Lain
Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik termasuk merokok, usia yang lebih tua, penggunaan teknologi reproduksi, dan penggunaan obat-obatan tertentu seperti obat fertilitas.
Untuk mencegah dan mendeteksi kehamilan ektopik dengan segera, penting untuk mengenali gejalanya seperti nyeri panggul, pendarahan vagina abnormal, dan pusing atau pingsan.
Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi dan perawatan lebih lanjut.
Tindakan medis yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius yang dapat terjadi akibat kehamilan ektopik.***