Waspada! Ada Bakteri 'Pemakan Daging' yang sedang Melanda Jepang, Sudah Masuk di Indonesia?

- 27 Juni 2024, 11:09 WIB
Ilustrasi dokter memeriksa bakteri STSS
Ilustrasi dokter memeriksa bakteri STSS /PIXABAY/DarkoStojanovic./

OKE FLORES.COM - Jepang sedang dilanda infeksi penyakit sindrom syok toksik streptokokus (STSS) yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pyogenes kelompok A.

Infeksi penyakit STSS yang sedang melanda Jepang kini telah melampaui 1.000 kasus dan menjadi pusat perhatian global.

Bakteri tersebut dijuluki “pemakan daging” karena dapat menghancurkan kulit, lemak, dan jaringan di sekitar otot dalam waktu singkat.

Baca Juga: Wajib Dicoba! Resep Nasi Liwet Rice Cooker Praktis

Penularan infeksi penyakit STSS bisa terjadi melalui pernapasan dan droplet (percikan ludah atau lendir) penderita.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, dr. Siti Nadia Tarmizi, hingga kini Indonesia masih aman dari bakteri ini.

"Sampai saat ini di Indonesia belum ada laporan untuk kasus bakteri ini," katanya, pada Rabu (26/06/2024).

Pihaknya akan terus memantau situasi melalui surveilans sentinel Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI) dan terus pemeriksaan genomik.

Sebagai informasi, kasus infeksi STSS yang kini melanda Jepang, umumnya terjadi di rumah sakit dan disebabkan oleh bakteri streptokokus yang biasanya muncul dengan gejala faringitis atau peradangan pada tenggorokan atau faring.

Infeksi penyakit bSTSS bisa mengakibatkan pasien mengalami sepsis dan gagal multiorgan. Sejauh ini belum diketahui pasti ihwal penyebab munculnya bakteri ini.

Adapun gejala penyakit STSS biasanya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu singkat.

Jepang tercatat telah melaporkan kasus infeksi penyakit streptokokus sejak tahun 1999. Pada tahun 2023, terdapat laporan terjadi penyakit STSS dengan jumlah 941 kasus, dan angka ini terus meningkat menjadi jumlah 977 kasus pada Juni 2024.

Baca Juga: Resep Bumbu Sate Kambing yang Mudah Dibuat di Rumah

Kendati sangat mengkhawatirkan, tingkat penyebaran penyakit STSS masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan COVID-19.

Masyarakat diimbau untuk enerapkan perilaku hidup sehat, menggunakan masker saat sakit, dan membiasakan mencuci tangan secara rutin.

“Yang paling penting untuk saat ini,masyarakat harus dengan kebiasaan baik yang sudah terbentuk sejak masa pandemi COVID-19 tahun 2020, maka masyarakat terus menjalankan biasa nya dan masyarakat diminta harus cuci tangan menggunakan sabun dan memakai masker, sehingga harus meminimalisir perpindahan droplet lewat melalui pernafasan,” kata dr. Nadia

Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait peningkatan kasus penyakit iGAS atau invasive Group A Streptococcal disease, termasuk STSS, di benua Eropa pada bulan Desember 2022, tidak ada rekomendasi pembatasan untuk perjalanan ke negara-negara yang kena terdampak.

Pengobatan penyakit STSS dilakukan dengan pemberian antibiotik. Sampai saat ini, belum ada vaksin khusus untuk mencegah infeksi bakteri “pemakan daging” ini.***

Sumber : layanannya Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI

 

 

 

 

 

 

Editor: Adrianus T. Jaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah