Hujan Buatan untuk Atasi Pencemaran Udara

- 24 Agustus 2023, 11:11 WIB
Foto: Hujan Buatan untuk Atasi Pencemaran Udara
Foto: Hujan Buatan untuk Atasi Pencemaran Udara /

OKE FLORES.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berusaha menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan selama tiga hari. Tujuannya adalah untuk membersihkan polusi udara di wilayah yang terkena dampak.

Penjelasan ini langsung disampaikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari. Menurutnya, proses TMC akan dilakukan selama tiga hari pada tanggal 19-21 Agustus 2023.

Dia menyatakan pengubahan cuaca adalah tindakan sementara ketika kota terkena polusi. Selain DKI Jakarta, pengubahan cuaca akan diterapkan di sejumlah kota lain, seperti Bandung dan Semarang.

Baca Juga: Rekomendasi Laptop Terbaik untuk Guru Agustus 2023 dengan Harga Rp3 Jutaan: Pilihan Antara Asus dan Lenovo

Lalu apa sebenarnya hujan buatan itu?

Melansir rri.co.id, Kamis, 24 Agustus 2023, penyemaian awan atau lebih dikenal dengan hujan buatan adalah suatu bentuk modifikasi cuaca. Ini dilakukan dengan cara mengubah jumlah atau jenis presipitasi yang turun dari awan.

Dalam meteorologi, presipitasi adalah setiap produk dari kondensasi (pengembunan) uap air di atmosfer. Ia terjadi ketika atmosfer menjadi jenuh dan air kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan tersebut.

Baca Juga: Agustus 2023: Mouse Gaming Terbaik di Bawah Rp300.000 untuk Performa Lebih Lincah

Upaya ini dapat dilakukan melalui penyebaran zat-zat ke udara yang berfungsi sebagai kondensasi awan atau inti es. Tentu proses ini mengubah proses mikrofisika dalam awan.

Tujuan yang lazim adalah untuk meningkatkan presipitasi yakni hujan atau salju, tetapi mencegah terjadinya hujan es dan kabut juga. Secara luas dipraktikkan di bandar udara, di mana kondisi cuaca buruk terjadi.

Bahan kimia yang paling umum digunakan untuk penyemaian awan meliputi perak iodida, kalium iodida, dan es kering (karbon dioksida padat). Propana cair, yang mengembang menjadi gas, juga telah digunakan.

Ini dapat menghasilkan kristal es pada suhu yang lebih tinggi daripada perak iodida. Setelah penelitian menjanjikan, penggunaan bahan higroskopis, seperti garam dapur, menjadi lebih populer.

Ketika penyemaian awan, peningkatan hujan salju terjadi ketika suhu di dalam awan berada di antara 19 dan −4 °F (−7 dan −20 °C).

Pemasukan zat seperti perak iodida, yang memiliki struktur kristal mirip dengan es nantinya akan menghasilkan nukleasi pembekuan. Indonesia sendiri kerap melakukan hujan buatan di beberapa musim kemarau.

Beberapa hari lalu Pemerintah membuat hujan buatan dengan penyemaian awan di tiga provinsi di Sumatera. Hal ini dilakukan bentuk upaya untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan yang terus meluas.

Selain itu juga karena cuaca kering yang diperburuk oleh fenomena El Nino. Tim modifikasi cuaca dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah berhasil menurunkan hujan di Riau.***

Editor: Adrianus T. Jaya

Sumber: rri.co.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah