Saat ini, Desa Bena terdiri dari sekitar 45 rumah yang melingkari dua simbol penting, nga’du dan bhaga.
Kesembilan suku, seperti Dizi, Dizi Azi, Wahto, Deru Lalulewa, Deru Solamae, Ngada, Khopa, dan Ago, hidup dalam rumah-rumah tersebut.
Keunikan terletak pada susunan rumah yang membentuk huruf U dan hiasan atap yang berbeda-beda, mencerminkan garis keturunan dan hierarki di antara suku-suku tersebut.
Di tengah desa, nga’du dan bhaga berdiri sebagai simbol leluhur laki-laki dan perempuan.
Nga’du, berbentuk seperti paying dengan atap serat ijuk, menjadi tempat upacara adat dan komunikasi dengan leluhur laki-laki.
Sementara bhaga, yang mirip miniatur rumah, mewakili leluhur perempuan. Kedua bangunan ini menjadi pusat upacara adat di kisanatapat, halaman suci Desa Bena.
Desa Bena bukan hanya destinasi wisata lokal, tetapi juga menarik perhatian turis mancanegara, terutama dari Jerman dan Italia.
Pengunjung dapat menjelajahi desa tanpa dikenakan tiket masuk, namun diharapkan untuk mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan sukarela untuk pemeliharaan dan pelestarian desa.