Kasus Dugaan Korupsi Proyek Bendungan Wae Reca: PPK Telah Diperiksa Tipikor Polres Manggarai Timur

22 September 2023, 07:27 WIB
Foto. bagian bangunan yang retak dari bendungan wae reca /

NTT, OKE FLORES.COM - Kasus dugaan korupsi pada proyek pekerjaan konstruksi  Bendung Wae Reca, di Desa Nanga Labang  Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, kini terus bergulir.

Sikap tegas Kepolisian Polres Manggarai Timur pun terus mengusut dan menggali inti dari proyek yang di duga kuat sarat akan korupsi itu.

Bahkan hingga saat ini pun  beberapa sisi bangunan pada proyek ini kondisinya terlihat suda  retak parah. Penyebab retak parahnya pengerjaan Proyek Embung yang telah menyedot miliaran rupiah uang negara ini di duga kuat pengerjaannya tidak sesuai spesifikasi teknik.

Baca Juga: Diperiksa 3,5 Jam, Kabiro Humas MA Sobandi Bantah Dikonfrontir KPK Terkait Aliran Uang Pengurusan Perkara

Diketahui, mega proyek pengerjaan bendung yang suda  rusak parah ini dikerjakan tahun 2020 lalu dan telah menyedot APBN Tahun 2020 senilai 20 miliar lebih.

Bangunan bendung  tersebut  terlihat mulai retak pada tahun 2021 lalu, meski saat itu baru setahun usai di kerjakan.

Hal tersebutpun membuat pihak Polres Manggarai Timur terus mendalami Pengerjaan proyek Embung Wae Reca yang di duga kuat sarat akan merugikan keuangan negara.

Bahkan di ketahui hingga saat ini, pihak Pejabat Pembuat Komitmen ( PPK) dan rekanan kontraktor pada proyek ini suda di periksa oleh Unit Tindak Pidana Korupsi ( Tipikor) Polres Manggarai Timur.

Hal tersebut di benarkan oleh   Kapolres Manggarai Timur AKBP I Ketut Widiarta, S.H., S.I.K., M.Si. melalui  Kanit IDIK 3 Tipidkor IPDA Joko Sugiarto.S.AP

"Sudah selesai pemeriksaannya selama 1 minggu. Nanti akan di lanjutkan lagi dan melengkapi dokumen. Rekanan kontraktor juga sudah di periksa  dan beliau minta waktu untuk melengkapi data yang kami minta," jelasnya Kapolres saat di konfirmasi media ini Kamis, 21 September 2023.

Untuk diketahui, Bendung Wae Reca merupakan aset Kementerian PUPR RI yang dibangun menggunakan anggaran yang bersumber dari  APBN 2020 senilai Rp20 miliar lebih, melalui Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NT II).

Juknis pembangunan bendungan ini mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14 /Prt/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi.

Dugaan penyebab kontruksi bangunan rusak parah

Bangunan bendungan merupakan bangunan yang berfungsi untuk menahan laju air pada suatu badan air seperti sungai dan danau/waduk. Bangunan ini memang benar-benar dibangun pada aliran air guna keperluan penampungan air maupun irigasi.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli konstruksi yang diperoleh media ini, berikut dugaan penyebeb umum terjadinya kerusakan pada konstruksi bendungan;

1. Piping

Piping adalah bocoran yang terjadi melalui bawah struktur bendungan dengan kecepatan yang cukup besar. Hal ini akan berpotensi membawa partikel- partikel tanah yang ada di dasar sungai dan menyebabkan kerusakan berupa keroposnya tanah di bawah struktur bendungan.

Dengan rusaknya struktur tanah tersebut akan mengakibatkan struktur pecah atau hancur. Untuk mengatasi jenis kerusakan ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi kuat arus piping yaitu dengan melakukan :

  • Pembuatan lantai muka
  • Pembuatan turap

2. Rusaknya lantai rendah

Kerusakan lantai rendah diakibatkan karena salahnya hitungan atau asumsi atau kurangnya pengujian yang dilakukan terhadap bagian bendungan tersebut. Lantai bisa rusak karena ada turbulensi / olakan (kolk) oleh aliran yang dapat diatasi dengan hitungan hidrolika yang benar, selain itu dalam pembuatan lantai rendah juga harus dibarengi dengan pengujian kekuatan lantai. Pengujian ini dilakukan dengan mengukur kekerasan lantai tersebut menggunakan bantuan alat uji NDT yang dapat mengukur kekerasan suatu bangunan atau bagiannya.

3. Pecahnya badan bendung

Pecahnya badan bendung dapat terjadi karena tekanan tarik yang disebabkan kesalahan dalam desain. Kesalahan tersebut akan membuat resultan gaya yang bekerja terletak di luar teras menjadi terlalu besar. Untuk mengatasinya adalah dengan membuat dimensi atau bentuk akibat gaya – gaya yang bekerja pada teras.

4. Gerusan pasir/lumpur pada bendung

Hal ini merupakan hal yang umum terjadi dan terlebih lagi bila sungai sedang mengalami banjir, untuk mengatasinya diperlukan kekuatan beton yang cukup kuat. Untuk menahan gerusan air dengan ketebalan tertentu atau sekitar ± 30 cm.

5. Stabilitas

Gangguan stabilitas disebabkan karena tekanan air yang terlalu besar. Oleh karena itu tekanan air perlu diperkecil dengan cara memecah energi air di muka bendung.***(Firman Jaya)

Editor: Adrianus T. Jaya

Tags

Terkini

Terpopuler