Disandera Selama Satu Tahun, Pilot Susi Air Tak Kunjung Bebas dari Sandera KKB, Pemerintah Ngapain Aja?

31 Mei 2024, 08:57 WIB
Disandera KKB Selama Setahun, Selamat Ulang Tahun Pilot Susi Air Philips Mark Methrtens /Richard Mayor/Suara Jayapura.Com

OKE FLORES.COM - Dalam beberapa bulan terakhir, perhatian masyarakat Indonesia tertuju pada nasib pilot Susi Air yang masih disandera oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua.

Kasus ini menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai efektivitas dan keseriusan pemerintah dalam menangani situasi penyanderaan ini.

Mengapa pilot Susi Air belum juga dibebaskan, dan apa sebenarnya yang telah dilakukan oleh pemerintah sejauh ini? Kapten Philip Mark Mehrtens, pilot Susi Air, masih ditahan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sejak pesawat yang dibawanya hilang kontak pada 7 Februari 2023.

Baca Juga: Punya Aset di Luar Negeri, Inilah Sumber Kekayaan Sholehien Abuasir Wakil Bupati Terkaya di Sumatera Selatan

Namun, sudah memasuki satu tahun empat bulan, belum ada berita tentang pembebasannya.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Hadi Tjahjanto, upaya terus dilakukan untuk membebaskan pilot Selandia Baru itu dari KKB.

Upaya untuk membebaskan Philip Mark Merthens dilakukan melalui pendekatan pendekatan halus dengan terus bekerja sama dengan tokoh-tokoh di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

"Koordinasi itu dilakukan agar sandera yang berprofesi sebagai pilot di Susi Air dapat segera dibebaskan," ucap Hadi Tjahjanto, Kamis 30 Mei 2024.

Dia mengatakan, hingga kini masih dilakukan dialog agar dapat mewadahi apa yang menjadi keinginan kita sekaligus membebaskan sandera dengan selamat.

"Doakan saja agar apa yang kami lakukan dapat membebaskan pilot Susi Air yang sudah ditawan lebih dari setahun," ujar Hadi Tjahjanto.

Pemda dan Gereja Turun Tangan

Hingga saat ini, Pemda Nduga dan tim gereja Kingmi terus membantu membebaskan sandera Selandia Baru yang ditawan oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya.

Memang, Pemda Nduga dan tim gereja Kingmi masih berusaha bernegosiasi dengan kelompok penyandera.

Memang benar, Pemda Nduga masih berupaya melakukan negosiasi dengan kelompok penyandera, demikian pula dengan tim dari gereja Kingmi.

"Penjabat Bupati Nduga beberapa hari lalu telah melaporkan langkah-langkah yang sudah mereka lakukan," tutur Mathius Fakhiri.

Dia menegaskan bahwa organisasinya akan terus berusaha mencari cara dan bernegosiasi untuk memastikan bahwa para sandera dari KKB dibebaskan dalam keadaan aman.

Karena para penyandera adalah warga Nduga, diharapkan prosesnya akan lebih cepat dengan pendekatan kekeluargaan.

"Mudah-mudahan dengan terus dilakukannya pendekatan ke kelompok tersebut baik oleh pemda maupun gereja para penyandera mau melepaskan sanderanya dalam keadaan selamat," kata Mathius Fakhiri.

Sejak 7 Februari 2023, pemerintah Selandia Baru telah menyatakan dukungannya terhadap upaya yang dilakukan untuk membebaskan sandera yang ditahan.

Penyanderaan Pilot Susi Air

Sejak 7 Februari 2023, pilot Susi Air Philip Mark Merthens disandera sesaat setelah pesawatnya tiba di lapangan terbang Paro.

Selain itu, OPM juga membakar pesawat Susi Air yang dikemudikannya.

Lima penumpang, Demanus Gwijangge, Minda Gwijangge, Pelenus Gwijangge, Meita Gwijangge, dan Wetina W. Gwijangge, terbang dengan pesawat jenis Pilatus Porter dari Timika pukul 5.33 WIT dan dijadwalkan tiba di Bandara Moses Kilangin Timika pukul 7.40 WIT.

Pilot Susi Air, Kapten Philips M dari Selandia Baru, yang membawa lima penumpang, Demanus Gwijangge, Minda Gwijangge, Pelenus Gwijangge, Meita Gwijangge, dan Wetina W., mengatakan bahwa pesawat Pilatus Porter PC 6/PK-BVY dari Susi Air hilang kontak pada Selasa, 7 Februari 2023, sekitar pukul 6.35 WIT di Bandara Paro.

Setelah dua jam, Susi Air menemukan ELT pesawat dalam posisi aktif pada pukul 9.12 WIT.

Perusahaan kemudian menjalankan kondisi darurat di internal perusahaan dengan mengirimkan pesawat lain mengecek posisi pesawat dan kemudian ditemukan dalam kondisi terbakar di "runway".

Selang beberapa hari, foto dan video yang dikirim TPNPB-OPM tersebar, menunjukkan kondisi terbaru Philips Mark Mehrtens.

Philips masih hidup, tetapi tidak diketahui apakah dia mengalami luka atau tidak.

Pasukan TPNPB-OPM mengelilinginya, dan beberapa dari pasukan OPM terlihat mengacungkan panah dan senjata api.

Philips terlihat mengenakan topi, jaket jeans, dan sepatu dalam video yang tersebar luas itu.

Dia mengenakan baju bertuliskan Papua Merdeka dan celana pendek hitam.

"Papua OPM menangkap saya untuk Papua merdeka," ujar Max Philips yang kemudian melanjutkan pernyataan serupa menggunakan bahasa inggris.

"Kelompok Papua menangkap saya dan mereka berjuang untuk kemerdekaan Papua.

Mereka meminta agar militer Indonesia pulang dan jika tidak mereka tetap menahan saya dan keselamatan saya akan terancam," ujarnya melanjutkan.

Sementara itu, TPNPB-OPM mengakui pihaknya menyandera Philips sebagai jaminan agar kemerdekaan Papua diakui.

Philips ditawan sebagai tahanan politik.

OPM mengklaim tidak akan melepas pilot Susi Air itu hingga tuntutan mereka dipenuhi.

"Kami tangkap pilot dari Paro. Karena Indonesia tidak pernah mengaku Papua merdeka.

Jadi kami tangkap pilot karena semua negara harus buka mata untuk Papua merdeka," ujar OPM Masyarakat berharap pemerintah dapat segera menemukan solusi yang efektif untuk membebaskan sandera dengan selamat.

Selain itu, diperlukan juga upaya yang lebih komprehensif untuk mengatasi akar masalah konflik di Papua, sehingga insiden serupa tidak terulang di masa depan.

Pemerintah diharapkan bisa lebih transparan dalam memberikan informasi kepada publik serta memperkuat koordinasi antar lembaga terkait.

Selain itu, pendekatan yang lebih manusiawi dan diplomatis mungkin perlu lebih diutamakan untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam situasi penyanderaan seperti ini.***

Editor: Adrianus T. Jaya

Tags

Terkini

Terpopuler