Berpotensi Inflasi Berikut Dampak Positif dan Negatif Redenominasi Rupiah

26 Juni 2023, 14:34 WIB
Ilustrasi. Berikut ini dipaparkan berbagai sejarah dunia yang terjadi pada 2 November, salah satunya kelahiran Rupiah sebagai mata uang Indonesia. /Pixabay/SeniUdik

OKEFLORES.com - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan siap melakukan redenominasi rupiah. Akan tetapi, terdapat tiga faktor yang menyebabkan hal tersebut belum dilaksanakan. 

Pertama, situasi makroekonomi. Ia mengklaim bahwa keadaan makroekonomi di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan dan pemulihan, tetapi masih terdapat potensi pengaruh terhadap ekonomi global yang masih dilanda ketidakpastian.

kedua adalah keadaan keuangan dan kestabilan sistem keuangan.

Baca Juga: Penyederhanaan Mata Uang Diklaim Buat Transaksi Lebih Nyaman

Perry menyatakan bahwa di Indonesia, keadaan keuangan dan kestabilan sistem keuangan sudah stabil, tetapi masih dihantui oleh ketidakpastian global.

 Faktor ketiga yakni kondisi sosial dan politik, dimana untuk melakukan redenominasi diperlukan kondisi sosial dan politik yang kondusif, mendukung, positif, serta kuat. "Untuk kondisi sosial dan politik ini pemerintah yang lebih mengetahui," tuturnya melansir Pikiran-Rakyat.com, senin 26 Juni 2023.

Redenominasi adalah proses pengurangan digit pada nilai mata uang rupiah, tanpa mengubah nilai tukarnya.

Tujuannya adalah untuk mempermudah penggunaan pecahan uang rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga, atau nilai rupiah terhadap barang atau jasa yang dibeli.

Dengan kata lain, redenominasi merupakan kebijakan yang mengurangi jumlah angka pada uang rupiah, tetapi tidak mengubah nilai harga sama sekali.

Misal, sepotong kue memiliki harga Rp40.000, harga tersebut mengalami redenominasi menjadi Rp40, jika kebijakan pengurangan sebanyak tiga angka nol dibelakang.

Secara angka, uang Rp40.000 menjadi Rp40 memang berkurang drastis, namun harga kue yang didapat akan sama saja.

Adanya kebijakan baru tentu akan ada dampak yang terjadi kepada masyarakat. Berikut ini beberapa dampak positif dan dampak negatif mengenai redenominasi rupiah.

Dampak Positif

1. Perhitungan Uang Lebih Mudah
Memiliki jumlah angka yang tidak sebanyak dari sebelumnya, perhitungan uang menjadi lebih mudah.

Dengan adanya redenominasi, penyebutan atau penulisan uang menjadi lebih singkat karena pengurangan angka nol.

Hal ini akan memudahkan melakukan perhitungan uang dalam jumlah uang besar seperti jutaan atau milyaran.

2. Efisiensi Pencantuman Harga

Pencantuman harga barang yang berada di supermarket, atau minimarket kerap tidak bulat seperti Rp9.999, harga barang tersebut sama dengan Rp10.000, karena nilai Rp1 tidak bisa dikembalikan.

Dengan adanya redenominasi rupiah, hal tersebut tidak akan terjadi karena harga barang akan lebih jelas dan efisien.

Adanya redenominasi rupiah mengurangi risikonya terjadi human error dalam melakukan transaksi.

Jumlah mata rupiah yang terlalu banyak dalam mata uang kerap menghambat proses transaksi saat ada kekeliruan yang dalam memasukan jumlah mata uang.

4. Tingkatkan Citra Rupiah

Banyaknya angka pada mata uang rupiah membuat kesan mata uang Indonesia kurang bernilai. Sehingga, redenominasi rupiah diharapkan dapat meningkatkan citra uang Indonesia.

5. Permudah Laporan Keuangan

Berkurangnya jumlah angka pada mata uang membuat laporan keuangan lebih sederhana dan mudah dibuat.

Hal ini akan sangat terasa saat pelaporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang biasanya menggunakan nominal sangat besar.

Dampak Negatif

1. Cetak Uang Baru

Adanya perubahan mata uang, pemerintah harus mencetak uang baru karena nominal angka yang mengecil. Padahal pada tahun 2022 lalu, pemerintah meluncurkan uang baru tahun emisi 2022 pada 18 Agustus 2022.

2. Harga Berisiko Naik

Meski harga barang akan tetapi sama setelah redenominasi, penjual bisa saja menafsirkan dengan berbeda.

Pasalnya, pengurangan jumlah angka pada mata uang membuat nilai produk terkesan lebih murah. Sehingga, penjual menaikan harga barang.

3. Berpotensi Menimbulkan Inflasi

Redenominasi yang kurang baik bisa menimbulkan inflasi.

Pasalnya, banyak masyarakat yang tidak terbiasa dengan jumlah uang yang lebih kecil sehingga nilai tukar mata uang justru ikut merosot.

4. Daya Beli Masyarakat Berkurang
Menyambung dengan potensi adanya inflasi, redenominasi rupiah berpotensi menyebabkan daya beli masyarakat berkurang akibat pembulatan angka.

Sehingga penerapan redenominasi yang kurang siap akan mempengaruhi perekonomian masyarakat.

5. Sistem Transaksi Berbeda

Tak hanya uang fisik, perubahan juga harus dilakukan pada sistem yang digunakan terutama yang berkaitan dengan sistem bank. Seluruh sistem gerai ATM harus diperbaharui agar sinkron dengan nilai mata uang yang baru. Begitu pula sistem kasir dan pembayaran lainnya.

6. Sosialisasi

Perubahan mata uang tentu akan sangat berpengaruh pada masyarakat.

Agar redenominasi rupiah berjalan dengan lancar, perlu adanya sosialisasi yang menyeluruh kepada masyarakat terutama kepada masyarakat yang sulit menerima perubahan.

Hal ini tentu memerlukan anggaran, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit.***

Editor: Adrianus T. Jaya

Sumber: Pikiran Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler