7 Tanda dan Contoh Pria Berpotensi Lakukan Tindakan Kekerasan pada Perempuan

- 20 November 2023, 08:57 WIB
kekerasan emosional
kekerasan emosional /

OKE FLORES.COM - Dalam sebuah hubungan percintaan, kekerasan seringkali terjadi karena ketidaktahuan, salah satunya adalah kekerasan emosional. Berbeda dengan kekerasan fisik yang mudah dikenali dan tanda-tandanya mudah diabaikan, kekerasan emosional memiliki banyak bentuk dan tanda-tandanya sering kali sulit dikenali.

Selain itu, dampak kekerasan emosional juga tidak bisa dianggap remeh. Efek samping kekerasan mental bisa jauh lebih berbahaya dibandingkan kekerasan fisik. Selain itu, kekerasan emosional seringkali tidak dipahami oleh pelaku dan korban.

Apa itu kekerasan emosional?

Baca Juga: Cara Mengobati Bisul dengan Bahan Alami, Efektif dan Mudah Dilakukan

 

 

Kekerasan emosional adalah perilaku kekerasan non-fisik yang dirancang untuk mempermalukan, mengancam, menyudutkan, mempermalukan, atau mengekang seseorang.

Kekerasan emosional juga dikenal sebagai pelecehan psikologis karena dapat mempengaruhi kesehatan mental orang yang menerimanya.

Perilaku seperti ini sering terjadi bersamaan dengan tindakan kekerasan lain seperti kekerasan dalam rumah tangga (DV), kekerasan emosional, seksual, dan fisik.

Penjahat juga dapat menggunakan kekerasan verbal untuk tujuan yang sama. Dengan atau tanpa kekerasan lainnya, kekerasan mental tetap berbahaya.

Tidak hanya hubungan romantis, kekerasan emosional juga bisa terjadi dalam hubungan persahabatan, rekan kerja, dan keluarga.

Tanda dan contoh kekerasan emosional

Pelecehan emosional seringkali sulit dikenali karena dapat dilakukan secara tidak langsung melalui perilaku manipulatif.

Selain itu, korban pelecehan emosional sering kali tidak menyadari kondisinya hingga mereka mengalami "masa kritis" tekanan mental.

Mengutip Hallo Sehat, Senin 20 November 2023, berikut ini adalah contoh pelecehan emosional dalam hubungan.

1. Suka menghakimi

Wajar jika seseorang mengkritik Anda karena melakukan kesalahan, namun tidak jika hal itu berubah menjadi perilaku menghakimi.

Jika seseorang memutarbalikkan fakta agar Anda terlihat bersalah, itu bisa menunjukkan bahwa Anda mengalami pelecehan emosional.

Perlakuan ini dilakukan bukan untuk menyadarkan Anda akan kesalahan Anda, melainkan untuk mempermalukan Anda di mata orang lain.

2. Becanda tidak pada tempatnya

Ada yang mungkin menganggap bercanda adalah salah satu cara untuk mencairkan suasana. Namun, lelucon yang berlebihan bisa menyakiti hati orang lain.

Jika pasangan Anda sering mengolok-olok Anda dan mengabaikan pengingatnya, pertimbangkan untuk melanjutkan hubungan.

Salah satu ungkapan yang sering terdengar dari para pelaku pelecehan emosional adalah, "Oh, aku hanya bercanda. Jangan terlalu sensitif ya?"

3. Posesif atau suka mengontrol

Menetapkan batasan dalam hubungan adalah hal yang normal. Namun lain halnya jika batasan ini membatasi Anda dan bahkan membuat Anda kekurangan ruang pribadi."

Salah satu tindakan kepemilikan yang sering ditemui adalah meminta akses paksa terhadap akun media sosial pasangan. Perhatikan bahwa perilaku posesif berbeda dengan cemburu.

Alih-alih membuat hubungan menjadi harmonis, perilaku posesif justru bisa memicu konflik dan berujung pada kekerasan emosional.

4. Manipulatif

Pasangan yang manipulatif mencoba mengendalikan atau memengaruhi pasangannya demi keuntungan pribadi.

Dia mungkin membuat Anda merasa bersalah dan terus-menerus meminta maaf, merendahkan Anda, dan menyalahkan Anda ketika ada masalah.

Perilaku seperti ini seringkali membuat korbannya kehilangan kepercayaan dan merasa tidak berdaya.

5. Suka meremehkan

Pelaku kekerasan emosional cenderung meremehkan perasaan Anda. Tujuannya tak lain agar mereka punya kekuasaan atas korbannya. Misalnya, jika Anda baru saja memenangkan sesuatu, mereka justru menganggap itu adalah pencapaian kecil yang tidak perlu dirayakan.

Pasangan Anda mungkin berkata, "Ah, itu sesuatu yang kamu dapatkan dengan mudah. ​​Pantas saja kamu menang." Padahal, kata-kata yang terkesan sepele tersebut pasti akan melukai perasaan Anda.

6. Suka memberi ancaman

Tanda termudah dari kekerasan dalam pacaran emosional adalah ancaman. Ancaman ini bisa datang dalam berbagai bentuk, mulai dari meninggalkan Anda, mengungkap rahasia, dan sebagainya.

Ancaman ini secara implisit membuat Anda tunduk dan bergantung padanya.

Kondisi ini tentu akan membuat Anda menurunkan harga diri dan mengalami kekerasan mental.

7. Isolasi

Seseorang yang sering melakukan pelecehan emosional biasanya menjauhkan diri dari teman atau keluarga korban.

Sehingga korban menjadi semakin bergantung padanya. Ketika korban dijauhkan dari orang lain, mereka kesulitan meminta bantuan ketika mengalami bentuk kekerasan lainnya.

Dampak kekerasan emosional

Berikut adalah beberapa dampak negatif yang dialami korban emotional abuse.

  • Gangguan perilaku: terlalu bergantung pada seseorang, muncul perilaku berisiko seperti menindas, mencuri, dan lain sebagainya.
  • Masalah kesehatan mental: depresi, gangguan kecemasan, hingga keinginan bunuh diri.
  • Gangguan perkembangan emosi: kurangnya rasa percaya diri, perasaan tidak layak dicintai, dan kesulitan mengekspresikan emosi.

Cara mengatasi kekerasan emosional

Langkah pertama untuk mengatasi emotional abuse adalah menyadari bahwa Anda sedang mengalaminya. Setelah itu, Anda bisa menjauhi pelaku kekerasan emosional dengan cara berikut.

  • Batasi hubungan dengan pelaku dan tumbuhkan keberanian untuk membela diri.
  • Cari lingkungan yang lebih positif.
  • Berhenti menyalahkan diri sendiri dan menganggap bahwa Anda layak diperlakukan dengan tidak baik.
  • Percaya bahwa ada orang lain yang bisa lebih menghargai Anda.
  • Fokus pada diri sendiri dengan mendahulukan kebahagiaan Anda.

Melepaskan diri dari seseorang yang memberi Anda kekerasan emosional bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, mereka akan membuat Anda hanya bergantung dengannya.

Oleh karena itu, penting untuk mencari dukungan emosional dari orang-orang terdekat saat Anda menghadapi perilaku abusif tersebut.

Jika Anda merasa tidak mampu menghadapi kekerasan emosional yang dilakukan pelaku, Anda pun bisa meminta bantuan dari psikolog atau psikiater.***

 

Editor: Adrianus T. Jaya

Sumber: Hallo Sehat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah