Jika pasokan makanan tidak terkontrol dengan baik, maka dapat meningkatkan risiko kesehatan.
masalah bagi jamaah.
Ketahanan pangan jemaah dipantau untuk memastikan bahwa makanan yang ditawarkan layak untuk dikonsumsi.
Sampel makanan yang dikonsumsi jemaah diuji dari berbagai aspek, seperti uji sensori yang meliputi rasa, aroma, tekstur dan warna.
Dengan uji sensori ini, kualitas makanan dapat dinilai dengan menggunakan persepsi sensori.
Dengan bantuan tes ini, risiko pemberian makanan dapat diketahui dan dihindari sebelum jamaah memakannya.
Selain itu, uji kimia dilakukan untuk mendeteksi adanya formaldehida dalam makanan yang berbahaya bagi konsumen.
Selanjutnya dilakukan pengukuran keasaman dan kebasaan.
Jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, tim ini juga membentuk bank sampel.
Dengan bantuan bank sampel, sampel makanan dapat diperiksa ulang di laboratorium.