Perwakilan FPUPPD Kabupaten Kediri ‘Datangi’ Universitas Islam Malang

- 8 Januari 2024, 23:17 WIB
Foto. Perwakilan Forum Peserta Ujian Penyaringan Perangkat Desa se-Kabupaten Kediri temui Ketua LPPM Unisma Malang
Foto. Perwakilan Forum Peserta Ujian Penyaringan Perangkat Desa se-Kabupaten Kediri temui Ketua LPPM Unisma Malang /

MALANG, OKE FLORES.COM – Kegaduhan pelaksanaan ujian penyaringan perangkat desa se-Kabupaten Kediri yang disebut banyak pihak terdapat kejanggalan, Forum Peserta Ujian Penyaringan Perangkat Desa (FPUPPD/FPUP2D) akhirnya mendatangi Universitas Islam Malang atau yang dikenal dengan UNISMA pada hari ini, Senin 8 Januari 2024.

Tepat pada pukul 13.00 WITA Perwakilan Forum diantaranya Ahmad Zulfi Wijaya (Koordinator), Viona Ardira C.P (anggota), Laundry Ardiansyah (Anggota) dan Debby D. Bagus (Anggota) menemui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Prof. Dr. Ir. Mahayu Woro Lestari, MP.

Kedatangan FPUPPD disambut baik pihak Unisma, dan pada kesempatan itu pihak forum sempat menyerahkan surat keberatan yang berisi dugaan kejanggalan sebanyak 13 poin dan sekaligus meminta klarifikasi.

Baca Juga: Siswa SIT Bina Ilmi Palembang 'Digembleng' di Kampung Inggris FEE CENTER

Selanjutnya terjadi dialog yang diawali pernyataan Ahmad Zulfi yang mengatakan bahwa pihaknya minta klarifikasi terkait tata tertib yang dikeluarkan panitia ujian terkait larangan membawa gadget (Hp) atau perangkat elektronik lainnya yang menurutnya tidak dilaksanakan. “Kedua terkait kendala piranti computer yang digunakan peserta banyak yang error, dan ketiga ada hasil jawaban yang berubah’ ucapnya.

Menanggapi pernyataan itu Prof. Woro mengatakan, “Terkait larangan membawa gadget sebenarnya kita sudah cek kok, tapi mungkin ada yang menyisipkan atau bagaimana. Nggak mungkin kita sampai grayah-grayah (meraba-red), terkait banyak computer error itu diluar kendali kita itu tanggungjawab vendor. Sedang persoalan hasil jawaban berubah, terus terang saya gaptek masalah IT yang tahu persis adalah tim IT kita. Karena saat itu saya membawa 1 tim IT dari Unisma untuk menangani CAT kemudian hasil itu kita serahkan kepada tim di Kediri, gitu saja.”

“Kalau memang itu ada perubahan saya nanti akan klarifikasi dengan tim yang di Kediri. Karena selama ini saya berhubungan dengan Ketua Paguyuban Kepala Desa (PKD) Imam Jami’in,” ungkap Ketua LPPM Unisma. Viona Ardira menyela,” Kira-kira jam berapa hasil jawaban itu dikoreksi dan diketahui hasilnya? Profesor Woro menjawab,” Saat itu kan selesai jam 10 malam dan kita langsung rekap dan serah terima berita acara dan lain sebagainya, yang pasti hari itu juga dan tidak ada hari lain.”

Foto. Lembaran Laporan Hasil Ujian Perangkat Desa Plemahan ini tidak dikeluarkan pihak UNISMA
Foto. Lembaran Laporan Hasil Ujian Perangkat Desa Plemahan ini tidak dikeluarkan pihak UNISMA

Pihak LPPM Unisma menampik pihak-pihak di kabupaten Kediri yang seolah menimpakan semua persoalan kepada mereka. “Mereka memang tidak ikut-ikut tetapi kita kan dibantu tim sana (panitia seleksi Kediri), saya menyerahkan hasil kesana kalau tidak ke siapa? Saya harus menyerahkan hasil kepada yang memberi tugas saya. Kita menyerahkan hasil apa adanya dan saksinya ada,” beber Profesor Woro.

Di waktu yang sama Laundry mempertanyakan nilai CAT nya berubah jadi 51,5 yang pada awalnya 53. Dan dijawab Profesor, “Ini berubahnya dimana nanti saya akan panggil tim IT.”

Prof. Woro mengatakan, dari LPPM yang berangkat ke Kediri ada 6 orang berikut 1 orang IT yang juga berasal dari Unisma untuk berangkat ke Kediri.

Baca Juga: Koalisi Aktivis Mahasiswa, Rakyat Miskin Kota dan Sopir Angkot Bela Fatia dan Haris

“Jujur sebenarnya saya agak gelo (kecewa-red) saya sudah wanti-wanti kepada rekanan. Karena kita sudah koordinasi terkait penyiapan itu. Mulai dari listrik kita pastikan sampai buat surat ke PLN bahwa tidak ada pemadaman. Saya juga ingin bahwa gedung itu nyaman untuk lokasi tes. Jangan sampai hanya gara-gara sumuk (kepanasan-red) bingung jawab. Ya walaupun ada persoalan dari SDM peserta. Terus terang pada waktu praktek juga banyak membantu yang mestinya tidak boleh secara aturan. Sebagai contoh saat ada yang bertanya membukanya word gimana? Sampai ada yang angkat tangan. Padahal mestinya itu bagian dari soal," ungkap Woro.

Diceritakannya, "Setelah dipanggil 600 peserta tes itu masuk kita baru tahu kalo 200 komputer itu trouble. Padahal sebelumnya saya sudah yakinkan siapa ini vendornya namun dijawab bahwa ini yang sudah biasa melaksanakan ujian tes ASN". “Nah itu yang membuat saya yakin,” timpal Prof. Woro. Ia menyambung, “Jika ada 1 komputer rusak tolong siapkan Cadangan dan dijawab vendor nanti kami siapkan 15 komputer Cadangan. Namun ternyata yang rusak 200 komputer. Saya juga merasa kecewa karena kerja kita yang mestinya jam 5 sore selesai akhirnya molor jadi jam 5 pagi. Sebenarnya saya juga marah hanya kebetulan saat itu saya agak sakit. Saya juga tidak mampu menghadapi masalah yang seperti itu. Saya telpon vendornya nggak datang-datang.

"Padahal harapan saya 2 hari sebelumnya computer sudah terpasang semua, sehingga saya bisa cek satu persatu. Akhirnya saya datang sehari sebelumnya dan baru dipasang meja,” ujar Prof. Woro dengan nada kecewa.***

Editor: Adrianus T. Jaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah