Network
Alasan di balik keputusan ini adalah untuk menegaskan identitas dan komitmen PDIP dalam memajukan kader-kader terbaiknya untuk memimpin daerah.
Sejarah telah membuktikan bahwa PDIP selalu konsisten dalam memilih kader-kader terbaiknya sebagai calon gubernur, mulai dari Tri Tantomo-Benny Pasaribu pada Pilkada 2008 hingga Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus pada Pilkada 2018.
“Maka jika ada ide siapapun yang menawarkan kader PDIP hanya untuk menjadi Cawagubsu, itu ide sesat, dan kemunduran. Itu tidak mewakili ide , gagasan, dan semangat banteng”. “Pilpres 2024 adalah wajud keteguhan banteng, digempur dari seluruh penjuru pun, tidak akan mundur. Masa di Sumut justru mau main aman dengan hanya menjadi Cawagubsu? Itu bukan banteng sejati,'' kata seorang politisi PDIP, Sutrisno Pangaribuan.
PDIP juga memiliki sejumlah kader lain seperti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Hendrar Prihadi, atau Tri Risma Harini yang dapat dimajukan di Pilgubsu 2024.
Selain itu, mencuat nama Rapidin Simbolon, Ketua DPD PDIP Sumut, yang dinilai layak untuk dimajukan sebagai calon gubernur.
Baca Juga: Harga Redmi Note 12 Pro 5G Turun 300 Ribu, Mana yang Lebih Baik?
Selain itu, PDIP memiliki kader-kader nasional lainnya dari Sumatera Utara yang memiliki kompetensi dan dedikasi, seperti Sukur Nababan, Adian Yusak Napitupulu, Deddy Yevri Hanteru Sitorus, dan Putra Nababan.
Namun, selain menyangkut calon, PDIP juga menegaskan komitmennya untuk tidak terlibat dalam politik dinasti.
Kesalahan yang terjadi pada Pilkada 2020 dengan pengusungan Gibran Rakabuming Raka telah diakui oleh Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristianto.
Oleh karena itu, PDIP bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut dengan memberikan "privilage" kepada keluarga tertentu untuk menjadi calon kepala daerah.***
