Presiden Joko Widodo Menyatakan Ada Kemungkinan Bansos Beras Tak Lagi Dilanjut Olehnya

- 23 Februari 2024, 09:08 WIB
Harga beras terus mengalami kenaikan hingga memberatkan warga masyarakat. Untuk itu, Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan pangan cadangan beras pemerintah.
Harga beras terus mengalami kenaikan hingga memberatkan warga masyarakat. Untuk itu, Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan pangan cadangan beras pemerintah. /Biro Pers setpres /

"Nanti setelah Juni. Saya akan lihat lagi APBN kita. APBN-nya kalau cukup. Tapi saya tidak janji lho (Bansos Beras dilanjutkan)," ucap Jokowi dalam keterangan tertulis Biro Pers Sekretariat Presiden. Jokowi dalam keterangannya menyatakan bansos beras diberikan sebagai upaya bantuan pemerintah.

Bantuan untuk menghadapi kenaikan harga beras yang disebabkan oleh perubahan iklim. "Karena ada perubahan musim, ada El Nino, dan itu dialami bukan hanya negara kita, tapi negara lain juga mengalami hal yang sama, harga beras naik," tutur Jokowi.

Perlu diketahui bansos beras Presiden Jokowi sudah dibagikan sejak September 2023.

Tak hanya bansos beras saja, Jokowi juga memberikan bantuan lainnya dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT).

Jokowi telah memberikan BLT El Nino pada tahun 2023. Kemudian, dia juga memberikan BLT Mitigasi Risiko Pangan kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Pemerintah mengeluarkan dana bantuan sosial senilai Rp78,06 triliun, dan 18,8 juta orang yang terdaftar di Kementerian Sosial (Kemensos) akan mendapatkan uang tunai Rp600 ribu dengan skema pembagian Rp200 ribu setiap bulan.

Penyebab Meningkatnya Harga

Peningkatan harga disebut sebagai akibat dari bansos beras Jokowi. Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Bulog, menyampaikan ini.

Krisnamurthi mengklaim bahwa distribusi beras pemerintah yang dikenal sebagai bantuan sosial (bansos) telah menyebabkan kenaikan harga.

Dia juga mengklaim bahwa harga beras premium telah turun.

"Harga beras tinggi saat ini dikarenakan adanya ketidaksesuaian antara permintaan dengan ketersediaan, alias faktor supply-demand. Sejak tahun 2023 Indonesia mengalami penurunan produksi di sentra-sentra produksi sampai 2,05 persen," katanya.

Halaman:

Editor: Adrianus T. Jaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah