Mengenal Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2, Mana yang Lebih Membahayakan

8 November 2023, 10:43 WIB
Foto: Mengenal Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2, Mana yang Lebih Membahayakan /PIXABAY/

 

OKE FLORES.COM - Kadar gula (glukosa) darah dikendalikan oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas. Namun pada penderita diabetes, pankreas tidak dapat memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat menyerap glukosa untuk dijadikan energi.

Glukosa yang tidak terserap dengan baik oleh sel akan menumpuk di dalam darah. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai gangguan pada tubuh. Jika tidak dikontrol dengan baik, diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.

4 Tipe diabetes yang perlu Anda ketahui

Baca Juga: Bikin Ketagihan: Berikut Resep Kepiting Asam Manis Pedas ala Restoran

Ada berbagai jenis diabetes, yang paling dikenal adalah diabetes melitus (DM) tipe 1 dan tipe 2.

Ada juga jenis diabetes yang terjadi selama kehamilan yang disebut diabetes gestasional. Memang tidak mudah membedakan diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 karena umumnya gejala kedua jenis diabetes tersebut serupa.

Perbedaan keduanya menjadi alasannya. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan diabetes tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang buruk.

Namun penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir juga menunjukkan bahwa gangguan fungsi hormon insulin dalam tubuh akibat diabetes juga berdampak pada otak sehingga menyebabkan penyakit Alzheimer.

Kondisi ini kemudian dikenalkan sebagai diabetes tipe 3.

Mengutip Hallo Sehat, Rabu 07 November 2023, secara umum penyakit diabetes terbagi menjadi 4 jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Berikut penjelasannya:

1. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang terjadi ketika tubuh memproduksi sedikit atau tidak ada insulin.

Padahal, insulin diperlukan untuk menjaga kadar gula darah. Kondisi ini lebih jarang terjadi dibandingkan diabetes tipe 2.

Baca Juga: Simak Resep Kepiting Manis Enak Bikin Nagih Ala Restoran

Biasanya, diabetes tipe 1 muncul dan terlihat pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda, meski bisa terjadi pada usia berapa pun.

Diabetes tipe 1 biasanya disebabkan oleh sistem imun tubuh yang seharusnya melawan bakteri (infeksi), namun keliru menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas (autoimun).

Kesalahan pada sistem kekebalan tubuh ini dapat mempengaruhi faktor genetik dan paparan patogen di lingkungan.

Oleh karena itu, orang yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes jenis ini berisiko terkena penyakit ini.

Penderita diabetes tipe 1 seringkali memerlukan terapi insulin seumur hidup untuk mengontrol kadar gula darahnya.

2. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe ini lebih umum terjadi dibandingkan tipe 1. Menurut situs CDC, diperkirakan sekitar 95 persen penderita diabetes adalah diabetes tipe 2.

Secara umum, diabetes jenis ini bisa menyerang siapa saja dan pada usia berapa pun.

Namun, diabetes tipe 2 umumnya lebih sering terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia karena faktor gaya hidup, seperti kurang aktif bergerak dan obesitas.

Pola hidup yang tidak sehat membuat sel-sel tubuh menjadi kurang responsif atau kurang sensitif terhadap respons hormon insulin.

Kondisi ini disebut juga resistensi insulin. Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat mengubah glukosa dalam darah menjadi energi dan akhirnya glukosa menumpuk di dalam darah.

Untuk mengatasi gejala diabetes tipe 2, pasien sebaiknya menjalani gaya hidup yang lebih sehat, termasuk mengatur pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik.

Seorang dokter juga dapat meresepkan obat diabetes untuk menurunkan gula darah tinggi dan mengobati diabetes tipe 2.

Berbeda dengan diabetes tipe 1 yang memerlukan insulin tambahan, terapi dan pengobatan insulin biasanya tidak mengontrol gula darah pada diabetes tipe 2.

3. Diabetes tipe 3

Diabetes tipe 3 merupakan penyakit yang disebabkan oleh kurangnya insulin di otak.

Rendahnya kadar insulin di otak dapat menurunkan aktivitas dan regenerasi sel otak sehingga memicu penyakit Alzheimer.

Penyakit Alzheimer sendiri merupakan penyakit neurodegeneratif atau melambatnya fungsi otak akibat menurunnya jumlah sel otak yang sehat.

Degenerasi sel otak ditandai dengan berkurangnya kemampuan berpikir dan mengingat.

Sebuah studi dalam jurnal Neurology menunjukkan bahwa risiko penyakit Alzheimer dan demensia bisa beberapa kali lebih tinggi pada penderita diabetes dibandingkan pada orang sehat.

Penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara diabetes dan penyakit Alzheimer sangatlah kompleks.

Penyakit Alzheimer dan diabetes dapat disebabkan oleh resistensi terhadap hormon insulin dan tingginya kadar gula darah sehingga menyebabkan kerusakan pada tubuh, termasuk kerusakan dan kematian sel-sel otak.

Kematian sel otak disebabkan oleh otak tidak mendapatkan cukup glukosa.

Padahal, otak merupakan bagian penting tubuh yang senantiasa membutuhkan gula darah (glukosa).

Pada masa ini, otak sepenuhnya bergantung pada hormon insulin untuk memperoleh glukosa. Ketika otak tidak memiliki cukup insulin, penyerapan glukosa di otak menurun.

Akibatnya distribusi glukosa menuju otak tidak merata dan sel otak yang tidak mendapatkan glukosa akan mengalami kematian dan memicu munculnya Alzheimer.

Meskipun demikian, terdapat mekanisme lain yang menjelaskan bahwa Alzheimer bisa saja terjadi dengan sendirinya tanpa mengikut penyakit diabetes.

Namun, keduanya dipicu oleh faktor risiko yang serupa, yaitu pola konsumsi tinggi karbohidrat dan glukosa.

Terlebih lagi pengobatan diabetes tipe 1 dan 2 tidak mempengaruhi kadar insulin otak sehingga tidak memiliki dampak positif terhadap penanganan penyakit Alzheimer.

Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami mekanisme kondisi diabetes memicu terjadinya Alzheimer.

4. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional merupakan salah satu jenis diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Diabetes gestasional bisa menyerang ibu hamil, meski tidak memiliki riwayat diabetes.

Menurut American Kehamilan Association, pembagian diabetes ini karena plasenta ibu hamil akan terus memproduksi hormon khusus.

Nah, hormon inilah yang membuat insulin tidak dapat bekerja dengan baik. Akibatnya, kadar gula darah Anda menjadi semakin tidak menentu saat hamil.

Banyak wanita yang tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap diabetes jenis ini karena diabetes gestasional tidak menimbulkan tanda atau gejala yang spesifik.

Kabar baiknya, sebagian besar wanita penderita diabetes jenis ini akan sembuh setelah melahirkan.

Agar tidak menimbulkan masalah, ibu hamil yang menderita diabetes melitus jenis ini sebaiknya selalu memeriksakan kesehatan dan kehamilannya ke dokter. Selain itu, perlu juga dilakukan perubahan cara hidup menjadi lebih baik.

Wanita yang hamil pada usia 30 tahun, kelebihan berat badan, pernah mengalami keguguran atau lahir mati, atau memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan PCOS berisiko lebih tinggi terkena penyakit diabetes gestasional.

Jenis diabetes mana yang lebih membahayakan?

Masing-masing tipe diabetes melitus memiliki gejala dan komplikasi yang berbahaya. Terlebih, tubuh setiap orang berbeda-beda sehingga respons terhadap pengobatan pun bisa berbeda.

Belum lagi gaya hidup pasien sangat menentukan tingkat keberhasilan pengobatan diabetes.

Bila setelah terdiagnosis Anda tidak menjaga pola makan, jarang berolahraga, kurang tidur, tetap merokok, dan tidak rutin cek gula darah, Anda lebih berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi diabetes.

Diabetes bisa mengarah pada penyakit berbahaya lainnya seperti stroke, hipertensi, hingga gagal ginjal.

Dengan menjalani pengobatan diabetes dengan benar dan mengikuti pola hidup sehat dan, Anda masih bisa mengendalikan diabetes Anda, apa pun jenisnya.***

Editor: Adrianus T. Jaya

Sumber: Hallo Sehat

Tags

Terkini

Terpopuler